Mohon tunggu...
Shofwatun Rokhmah
Shofwatun Rokhmah Mohon Tunggu... Asisten Pribadi - Jangan Lupa Santuy

Apabila kamu lelah beristirahatlah sejenak, Jangan menyerah

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Badai Pasti Berlalu

20 April 2020   21:18 Diperbarui: 20 April 2020   21:36 45
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"aby.. nafisya  nyerah .." nafisya meletakan nadhom alfiyah di depan aby duduk bersilah di depannya. yah saat ini aby terjadwal menjenguk putri semata wayangnya di ma'had . Sebuah ma'had yang jauh dari hirup pikuk kota jawa barat sang aby memutuskan untuk nafisya berstudy di ma'had tersebut dan di hari itu keberadaan putrinya memasuki ajaran tahun ke 5 nya , tak mudah berada di posisi tersebut, bukan karna apa namun di ma'had tersebut mempunyai sebuat penarjetan penghafalan sebuah nadhom yang cukup masyhur untuk para kangan santri salaf seperti dia. Alfiyah ibnu malik yang mendeskripsikan sebuah bait bait syair mencangkup pelajaran nahwu dan shorof. dan sekarang tantangan nafisya ialah menakhlukan sang pangeran malik ini yah sebutan para kalangan santri .

"aby.. nafisya capek!!" nada nafisya meninggi. dan aby hanya terdiam melihat putrinya. " nafisya nyerah aby...." dan kalimat itu terucap kembali namun dengan nada lebih rendah dan tak disangka air mata nafisya jatuh di sudut matanya. aby tercengang melihat putrinya menangis ia belum pernah melihat putrinya menangis setelah  5 tahun terakhir ini. saat pertamakali masuk ma'had pun putrinya tak menangis , namun sekarang beliau  melihat putrinya menangis . nafisyah tak mampu menahanya lagi tangisanya pecah dan hanya mendungkluk malu . 

aby mengangkat wajah putrinya penuh kelembutan , dan senyuman khas aby terpancarkan tanpa perlawanan ataupun bantahan bahkan amarah memukul itu bukan aby nafisya, aby nafisya menghapus air mata putrinya " sayang... bolehkan aby bercerita??" aby mengawali pembicaraanya. nafisya terenyuk ,yah sudah lama dongengan aby tak pernah ia dengar, dan nafisya hanya mampu mengangguk.dan aby pun mulai bercerita.

"pada suatu ketika ada seorang anak dan ayahnya berpergian menuju suatu kota, mereka menggunakan armada mobil dan sang anak yang mengemudikan mobil tersebut beserta sang ayah yang berada di sampingnya. mereka berjalan melewati berbagai daerah, dan semua terasa berjalan dengan lancar tanpa hambatan. hingga sesuatu terjadi mereka melalui sebuah daerah yang terjadi sebuah badai angin yang cukup kencang.dari kejauhan pun mereka sudah melihat sesuatu yang tak beres ada beberapa meter dari mereka beranjak.dan sang anak pun menghentikan kemudinya "ayah ada badai disana."sang anak melihat ayah yang disampingnya."lalu mengapa?siapa yang menyuruhmu berhenti?!!" nada ketus ayah meninggi.dan sang anak tak mampu mengelaknya.dan keputusan ayahnya pun ia penuhi walau hati kecilnya mengatakan ayo putar balik. dengan kecepatan di tinggikan sang anak menerjang badai angin tersebut. orang orang di luar mobil berlarian kearah yang tak beraturan pohon pohon yang kokohpun ikut merasakan dasyatnya angin. sang anak tetap dalam laju mobilnya menerjang apa yang ada di depanya. dan badai  yang ia terjangpun semakin tinggi dan tak di sangka jarak pandang mereka berubah hanya mampu terbaca 5 meter saja angin yang bercapur pasir debu di luar mobil membuat sang anak binggung dalam kemudinya ia melihat ke arah sang ayah "ayah..jarak pandang kita semakin tak stabil ,apakah kita berhenti di sini? "sang anak mulai pesimis. dengan singkat sang ayah menjawab" lanjutkan nak.".tanpa tanya sang anak melanjutkan kembali lajunya , dan sebenarnya sang ayah pun tau skuensi apa yang akan di hadapinya nanti. tak terduga angin di depan lebih tinggi dan kencang pohon pohon mulai tumbang dan jarak pandang mereka hanya 1 meter ,dan sang anak terus berusaha tanpa bantahan. namun rasa khawatir pun menghantui " ayah apakah benar benar yakin??kita akan melanjutkan ini?" tanya sang anak "yah nak ayah yakin ,percayalah lanjutkan kemudimu" ayah menepuk bahu sang anak dengan penuh keyakkinan.dan setelah melewati badai serta waktu yang panjang jarak pandang mereka sedikit demi sedikit memulih  .sang anakpun sangat gembira "ayah ada cahaya disana!!kita selamat!!" rasa yang tak mampu terbendung dan sang ayah hanya mampu bersyukur dan tersenyum.dan tanpa mereka menyangka melewati angin tersebuh hingga sampai di ujung menemukan cahaya kembali mereka tak sadar mereka sudah sampai pada tujuan mereka sebuah kota yang indah ."ayahhh!! kita sudah sampai!"

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun