Mohon tunggu...
Asshofiana Najwa. A.M
Asshofiana Najwa. A.M Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa S1 Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Airlangga yang sedang mencoba menulis dan mengekspresikan rasa

Hallo Semuanya!Selamat Datang, Terimakasih Telah Berkunjung di Profile saya

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Tradisi Membuang Ayam di Gunung Pegat Lamongan: Hanya Mitos atau Ada Sejarahnya?

29 Mei 2022   16:29 Diperbarui: 29 Mei 2022   19:13 1714
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber Foto. Pinterest.com

Sumber Foto. Pinterest.com
Sumber Foto. Pinterest.com

Tidak diketahui secara pasti asal usul tradisi membuang ayam oleh pengantin di gunung pegat yang telah diyakini dan dilakukan turun-temurun oleh masyarakat sekitar gunung pegat Babat Lamongan. 

Namun ada sumber yang mengatakan bahwa tradisi ini bermula dari kisah yang terjadi saat zaman Belanda dimana terdapat pasangan putera dan puteri yang saling mencintai dan sedang bertapa di gunung pegat. 

Namun mereka harus dipisahkan karena ada pemotongan gunung pegat untuk pembukaan jalan jalur Babat-Jombang sehingga gunung pegat terbelah menjadi dua dimana gunung sebelah timur dinamakan sebagai gunung putera dan gunung sebelah barat dinamakan gunung putri. 

Setelah gunung pegat terbelah menjadi dua putera dan puteri  pertapa tersebut melakukan upacara pelemparan ayam kampung sebagai bentuk tolak bala agar warga sekitar tidak mengalami pegatan (cerai). 

Namun ada juga sebagian warga sekitar yang tidak melakukan tradisi membuang ayam di gunung pegat dikarenakan adanya pola pikir yang berbeda baik dipengaruhi adanya keyakinan agama maupun yang lainnya sehingga menganggap tradisi membuang ayam agar tidak pegatan hanyalah sebuah mitos belaka. 

Namun hingga saat ini tradisi membuang ayam di area gunung pegat masih dijalankan oleh sebagian masyarakat yang mempercayainya karena dianggap sebagai tradisi yang turun-temurun dari nenek moyang untuk dipertahankan eksistensinya dan apabila tidak lakukan akan mendapatkan bala.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun