Tidak diketahui secara pasti asal usul tradisi membuang ayam oleh pengantin di gunung pegat yang telah diyakini dan dilakukan turun-temurun oleh masyarakat sekitar gunung pegat Babat Lamongan.Â
Namun ada sumber yang mengatakan bahwa tradisi ini bermula dari kisah yang terjadi saat zaman Belanda dimana terdapat pasangan putera dan puteri yang saling mencintai dan sedang bertapa di gunung pegat.Â
Namun mereka harus dipisahkan karena ada pemotongan gunung pegat untuk pembukaan jalan jalur Babat-Jombang sehingga gunung pegat terbelah menjadi dua dimana gunung sebelah timur dinamakan sebagai gunung putera dan gunung sebelah barat dinamakan gunung putri.Â
Setelah gunung pegat terbelah menjadi dua putera dan puteri  pertapa tersebut melakukan upacara pelemparan ayam kampung sebagai bentuk tolak bala agar warga sekitar tidak mengalami pegatan (cerai).Â
Namun ada juga sebagian warga sekitar yang tidak melakukan tradisi membuang ayam di gunung pegat dikarenakan adanya pola pikir yang berbeda baik dipengaruhi adanya keyakinan agama maupun yang lainnya sehingga menganggap tradisi membuang ayam agar tidak pegatan hanyalah sebuah mitos belaka.Â
Namun hingga saat ini tradisi membuang ayam di area gunung pegat masih dijalankan oleh sebagian masyarakat yang mempercayainya karena dianggap sebagai tradisi yang turun-temurun dari nenek moyang untuk dipertahankan eksistensinya dan apabila tidak lakukan akan mendapatkan bala.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H