Mohon tunggu...
Assena Fadila Rahma
Assena Fadila Rahma Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Minat dalam sejarah Islam, Fotografer, dan dunia Psikologi

Selanjutnya

Tutup

Politik

Review Tulisan Taufik Abdullah Regionalisme dan Sentralisme

31 Oktober 2022   22:08 Diperbarui: 31 Oktober 2022   22:17 156
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik


Pembahasan ini berjudul Regionalisme dan Sentralisme pada awal-awal masa kemerdekaan, pembahasan ini berangkat dari wilayah colonial yang terdiri atas dua unit yang berbeda yaitu 'Java' dan 'Buitenbezittingen' yang kemudian disebut 'Buitengewesten'. Istilah 'Jawa' dan 'Luar Jawa', secara garis besar jurnal ini memiiki tiga sub judul yaitu (1) Kegelisahan daerah dalam konteks Negara Nasional (2) Tumbuh dan tumbangnya Sentralisme yang Ekstrim (3) mendapat kearifan sejarah?


Pembahasan yang pertama dengan judul 'Kegelisahan Daerah dalam Konteks Negara Nasional' membahas mengenai perjalanan Indonesia bahkan saat Indonesia sendiri belum terbentuk, penulis menceritakan dari awal tahun 1920 yang kemudian 20 tahun kemudian masyarakat kita benar-benar berjuang sebagai Indonesia walaupun dikemudian hari 'Indonesia' ini masih menjadi perdebatan mengenai bentuk negara itu sendiri. Dalam tulisan ini dijelaskan secara rinci keadaan Indonesia bahkan setelah dibacakannya Proklamasi dan disahkan sebagai negara merdeka digambarkan secara jelas oleh penulis mengenai hambatan-hambatan yang terima Indonesia dalam mempertahankan kemerdekaannya, dari mulai belanda yang Kembali menduduki Indonesia setelah ndonesia merdeka, keputusan bentuk dari negara Indonesia yang sempat menjadi RIS lalu dirubah Kembali menjadi NKRI pada tahun 1950.


Lalu dalam pembahasan kedua yang berjudul Tumbuh dan Tumbangnya Sentralisme yang ekstrim. Barulah didalam pembahasan ini dijelaskan mengapa ada istilah 'Java' dan orang luar Jawa. Penulis menjelaskan bahwa alasan paling logis mengenai mengapa Jawa menjadi sentral karena Jawa yang terletak strategis ditengah-tengah kepulauan Nusantara, selain itu sejak masa colonial Jawa sudah terbiasa menjadi pusat pemerintahan dan pusat ekonomi. Lalu di kemudian hari Jawa menjadi magnet bagi para pendatang untuk merasakan pendidikan modern dan sebaliknya para pekerja berangkat keluar jawa untuk mendapat pekerjaan dalam hal ekonomi.

 Hal ini yang kemudian memunculkan anggapan bahwa pusat telah mengeksploitasi daerah mereka dengan pembenaran integritas nasional.
Hal ini terus berlanjut sampai tahun 1955 ketika pemilu pertama kali dilaksanakan, begitu terlihat partai memegang kuasa antara 'pendukung Jawa' dan pendudkung dari 'luar Jawa' hanya satu-satunya partai yaitu Masyumi yang mendapat kursi disemua daerah pemilihan juga, tidak seperti partai lain yang NU dan PKI yang kemudian hal ini berakibat pada penetapan Pancasila sebagai dasar Negara dibanidng yang memperjuangkan Islam. Suasana ini terus berlanjut tidak mengenakan dengan timbulnya semboyan 'kuda kaki empat' atau 'alle leden van defamilie aan de eettafel' (semua anggota keluarga ada dimeja makan) hal ini yang kemudia mendapat banyak penolakan. Setelahnya penulis terus membahas mengenai pergolakan politik di Indonesia sampai masa Orde Baru masuk.
Kemudian dalam pembahasan terakhir yang berjudul 'Mendapat Kearifan Sejarah?, penulis melanjutkan cerita mengenai masa masa reformasi lalu B.J. Habibie yang penulis bahasakan merasa kembali ke tahun 1950-an yang dimana desentralisasi masih dirasakan bahkan bukan lagi antara pemerintah provinsi dengan pusat, bahkan dari pemerintahan Provinsi kepada pemerintahan kabupaten.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun