Mohon tunggu...
Assena Fadila Rahma
Assena Fadila Rahma Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Minat dalam sejarah Islam, Fotografer, dan dunia Psikologi

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

PERSIS (Persatuan Islam) dan Pemurnian Islam

4 Juli 2022   15:00 Diperbarui: 4 Juli 2022   15:10 337
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Pada abad 20 lahir banyaknya arus pemikiran baru dalam dunia Islam yang memberikan pengaruh besar terhadap faham Islam di Indonesia. Persatuan Islam hadir dengan seruannya kembali kepada Quran dan Sunah menjadi bagian dalam gerakan tajdid atau pembaharuan dunia Islam, dalam perkembangannya, Ahmad Hassan banyak mengambil peran didalamnya, baik dalam ideologi, organisasi maupun secara individual keanggotaan.(Mughni, 2017)


Persatuan Islam berdiri pada tahun 1923 tepatnya pada pada tanggal 12 September 1923 di Badung, dipelopori oleh dua orang berdarah Sumatra yaitu H. Zamzam seorang alumnus Dar Al-Ulum Mekkah dan teman dekatnya Muhammad Yunus seorang pedagang sukses yang menempuh pendidikan tradisional dan menguasasi bahasa arab, karena kepasihan bahasa arabnya membuat Muhammad Yunus belajar otodidak dari kitab-kitab.(Khaeruman, 2005 hal.17). Pada awalnya mereka sering berdiskusi maslaah keagamaan yang pada saat itu dan apa yang terdapat dalam majalah Al-Manar. Salah satu yang menyentuh emosi mereka ialah tulisan Muhammad Abduh yang berjudul Al-Islam Mahjubun Bi Al-Muslimin yang berarti Islam telah tertutup oleh kaum muslimin.Dalam setiap diskusi, H.Zamzam dan Muhammad Yunus selalu menjadi pembicara utama karena memang wawasan yang mereka milikii dalam bidang keagamaan cukup luas dan ditunjang pula oleh latar pendidikan yang memadai di masa mudanya. (Khaeruman, 2005 hal.18).


Pada tahun 1924 Ahmad Hassan mulai masuk dalam diskusi-diskusi tersebut, seperti yang dijelaskan diawal hal ini karena Ahmad Hassan selama tinggal di Bandung tinggal di rumah H. Zamzam dan membuatnya banyak menerima pengetahuan dan ikut berdiskusi dengan H.Zamzam dan kawan-kawannya.(Khaeruman, 2005 hal.19) Ia masuk secara resmi menjadi anggota Persis baru dari tahun 1926. Pada masa selanjutnya Ahmad Hassan tekun dan serius dalam mengikuti organisasi Persis ini(Abdurahman, 1970)Hassan dipandang sebagai guru yang istimewa bagi Persatuan Islam, ia dipandang sebagai orang yang paling berpengaruh baik dalam pembentukan ideologi, organisasi, maupun untuk individual anggota ia begitu kuat sehingga orang sering kali mengidentikan Persatuan Islam dengan A. Hassan. Tidak jarang orang mengira bahwa pendiri Persatuan Islam adalah A. Hassan. (Mughni, 2017)


Pendiri Persis yang memang dipelopori oleh orang Palembang dan kelahirannya diilhami oleh pemikiran Muhammad Bin Abdul Wahab, pergerakannya menjadi sangat khas setelah masuknya Ahmad Hassan. Jika kita perhatikan dengan teliti, Palembang yang pada umumnya berwatak kasar, Wahabi, dan perpaduan watak India-Tamil yang tegas dalam diri Ahmad Hassan ditambah lagi melihat keadaan umat pada saat itu yang sedang marak Khurafat dan Tahayul, maka terciptalah Persis yang tegas dan tebal(Ahmah Hasan Wildan & Dkk, 2020). Dalam usaha pemurnian ajaran Islam, dan merespon kebudayan yang berlawanan dengan Al-quran dan Sunnah Persis menolak dengan keras "layakhafu laumat la'im"  yang jika di artikan dalam bahas Sunda berarti "Persatuan SIlam mah moal mogok pedah dipoyok, moal singkil pedah dipuji" yaitu Persis tidak akan berhenti karena cacian dan tidak akan giat karena dipuji(Khaeruman, 2005 hal.59).


Pembentukan karakter Dakwah ini tidak bisa terlepas dari pembentukan lembaga pendidikan yang juga memiiki corak tersendiri. Pemikiran Hassan mengenai pendidikan  menjadi acuan dan penerapan cara-cara pendidikan dalam Pesantren Persatuan Islam. Seperti Visi Misi yang berangkat dari pemikiran A. Hassan bahwa tujuan dari pendidikan ialah menciptakan insan yang berakhlakul karimah meneruskan tujuan Rasulullah yang diutus oleh Allah untuk menyempurnakan Akhlah(Ahmah Hasan Wildan & Dkk, 2020)


Selain melalui pendidikan, penyebaran dakwah Perstuan Islam ini dilakukan media tulis seperti majalah dan buku-buku yang memuat soal-soal keagamaan. Hal inipun berangkat dari kegemaran Hassan dan menyalurkan pemikirannya lewat tulisan dibuktikan dengan dibelinya sebuah percetakan ketika Hassan pindah ke Bandung(Rosidi, 1990).


Dalam Pendidikan, A. Hassan bependapat bahwa tujuan dari pendidikan adalah terciptanya akhlak yang terpuji dalam diri pendidik, hal ini sesuai dengan tujuan diutusnya Rasulullah adalah utuk menyempurnakan akhlak. A. Hassan menulis pentingnya kesopanan pada anak "Maka dengan alasan Ajat-Ajat dan Hadits-hadits jaang lalu itu dapatlah ditetaapkan, bahwa patut dan wajib anak-anak berlaku sopan, hormat, ta'zhim dan adab dengan kasih, sajang, dengan perangai dan tjara yang manis dan halus kepada ibu-bapak".(Ahmah Hasan Wildan & Dkk, 2020).


Tujuan pendidikan menurut pandangan A. Hassan ini dipakai oleh Pesantren Perstuan Isalam sampai saat ini, seperti di Pesantren Tarogong Garut memiliki Visi : Terwujudnya Pesantren sebagai Miniatur Masyarakat Islami dan Lembaga Pendidikan Unggulan; dan Misi : Membina insan ber-akhlq-karimah yang tafaqquh-fiddin dan menguasai IPTEK(Administrator, n.d.)

Selain itu, pendapat Hassan mengenai hormat kepada bendera juga menjadi acuan bagi semua Pesantren Persatuan Islam. Bagi Hassan orang yang berakal tidak akan menghormati bendera dengan cara berdiri dan memberi salam seperti salam kepada manusia yang agung, karena ditakutkan jika hal itu tetap dilakukan maka menghormat bendera akan sama dengan menghormati/menyembah berhala yang berupa patung tokoh baik(Hassan, 2019). Pendapat ini dipakaioleh semua Pesantren Persatuan Islam yang tidak pernah mengadakan upacara bendera, namun diganti dengan Bai'at atau perjanjian yang isinya janji santri untuk berbuat hal-hal baik.

Referensi
Abdurahman, D. (1970). A . Hassan , Guru Utama Persatuan Islam. 77--100.
Ahmah Hasan Wildan, & Dkk. (2020). MENUJU 1 ABAD PERSIS 1923-2023 (Merambah Dakwah Menata Wijhah). Persis Pers.
Khaeruman, B. (2005). Pandangan keagamaan perstuan Islam (satu; R. Nugraha, ed.). Bandung: Granada.
Mughni, S. A. (2017). Posisi Hassan dalam Reformasi Islam di Indonesia. The Journal of History and Civilization, 1(1), 6--27.
Rosidi, A. (1990). M. NATSIR, Sebuah Biografi (1st ed.). Jakarta: Girimukti Pusaka.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun