Ubi Kayu adalah satu bahan pangan yang tumbuh merata di nusantara. Dulunya, sebelum beras menjadi bahan pangan pokok secara merata, ubi kayu juga sudah menjadi bahan pokok utama bagi beberapa daerah di Indonesia.
Ubi kayu dipakai dalam bahasa melayu secara luas, sedangkan Singkong nama lokal di kawasan Jawa Barat, ada juga sebutan lainnya yaitu 'Ketela' yang secara bahasa berasal dari bahasa Portugis karena tanaman ini masuk ke Indonesia dibawa oleh orang Portugis dan Castilla Spanyol.
Ubi kayu oleh orang Indonesia bisa dijadikan bubur, dengan cara ubi kayu diparut, kemudian dicampurkan gula aren yang sudah dimasak untuk sama-sama dikukus bersamaan. Kemudian dihidangkan dengan campuran kuah santan yang lezat. Jadilah namanya  bubur ubi kayu. Sebagian orang menyebutnya, bubur singkong lumer, ada juga bubur ubi lumer, kemudian juga ada sebutan bubur ubi lumer gula merah dan lain sebagainya.
Rasanya sangat lembut dan manis seperti orang-orang Indonesia yang manis-manis. Nikmat lezat dan terutama sekali membuat perut kenyang.
Islam mengajarkan kita untuk makan makanan yang halal dan baik. Seperti menu ini bubur ubi kayu, makanannya halal dan baik. Dimana baiknya? Menu ubi kayu ini memiliki karbohidrat yang sangat tinggi dibandingkan beras, menghasilkan energi yang lebih banyak, kaya vitamin A dan sumber protein penting. Menu ini sangat tepat jika dihidangkan saat kita buka puasa.
Namun, sayangnya ubi kayu ini sekarang suka dianaktirikan. Menjadi makanan kelas bawah, padahal gizinya sangat banyak dan baik bagi tubuh. Hanya banyak dijadikan goreng-gorengan pinggir jalan, padahal jika dilihat dari sisi usaha bisa dijadikan makanan yang high class oleh tangan-tangan yang penuh kreatifitas. Bisa jadi Anda yang sedang membaca tulisan ini.
"Wahai manusia! Makanlah dari (makanan) yang halal dan baik yang terdapat di bumi, dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah setan. Sungguh, setan itu musuh yang nyata bagimu." (QS. Al-Baqarah: 168)
"Makan dan minumlah, tetapi jangan berlebihan." (QS. Al-A'raf: 31)
Ayat di atas mengajarkan kita bahwa makanlah sebelum lapar dan berhenti sebelum kenyang. Kenyang atau penuhnya perut dengan makanan dapat mengakibatkan kerusakan agama dan membahayakan kesehatan tubuh kita.
Kekenyangan membuat badan menjadi berat, hati menjadi keras, membuat angkuh, menghilangkan kecerdasan, membuat sering tidur dan malas beribadah.