Mohon tunggu...
Balfa Syehra
Balfa Syehra Mohon Tunggu... Wiraswasta - Pemerhati Kebijakan Pemerintah

Man Jadda Wajada

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Ramadan dan Waisak: Menuju Kehidupan Sejati

7 Mei 2020   23:30 Diperbarui: 7 Mei 2020   23:39 37
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Momen yang jarang ketika melihat Perayaan Waisak hari suci umat Budha bersamaan dengan Bulan Suci Ramadhan, bulan yang lebih baik dari seribu bulan.


Dua momen ini memiliki banyak kesamaan. Dari sekian banyak kesamaan ada dua hal inti yang penulis telik;

Pertama, sama-sama suci. Waisak dikenal juga sebagai hari suci umat budha. Dimana menjadi tanda pencerahan dari seorang Budha, ketika ia menemukan makna hidup. Siapa Budha?

Budha adalah sang pembawa ajaran agama Budha yaitu Siddhartha Gautama, sang pencerah agama Budha. Ia meninggalkan seluruh harta kekayaannya untuk menemukan makna hidup, sehingga ia menyadari bahwa kekayaan dan kemewahan tak menjamin kebahagiaan. Dalam Islam hal ini disebut dengan Zuhd, yaitu berpaling dari sesuatu yang bersifat duniawi, meyakini apa yang ada di sisi Allah, di sisi Sang Pencipta itu lebih baik daripada seisi dunia yang fana tidak kekal. Kelezatan apapun di dunia ini tidak akan membuatmu tenang, hanyalah dengan dzikir (mengingat) kepada Allah sajalah hidupmu akan tenang, ini janji Allah yang pasti yang terkandung dalam Al-Quran Surat Al-Ro'du ayat 28.    

Ramadhan juga bulan yang suci, dimana di dalamnya begitu banyak keberkahan, ibadah di bulan ramadhan mendapatkan ganjaran berlipat-lipat yang tidak kita dapatkan di bulan-bulan lainnya.

Kedua, sama-sama bertujuan mendapatkan derajat yang tinggi. Di hari waisak membawa spirit kepada umat Budha untuk mengikuti jejak sang Budha, di mana ia mendapat pencerahan tentang makna sejati kehidupan. Tidak saling membeci walau bersuku-suku atau ras yang berbeda-beda, membawa prinsip kebersamaan dalam keberagaman.

Sedangkan Ramadhan juga untuk mencapai derajat yang tinggi yang disebut dengan derajat Taqwa. Yaitu derajat orang-orang yang meninggalkan semua larangan Allah SWT dan mengikuti semua perintah-Nya. Misal meminum-minuman keras dilarang, tapi kita masih saja meminumnya maka kita tidak akan bisa mencapat derajat Taqwa. Bunuh diri atau membunuh orang lain dilarang, tetapi masih dikerjakan tetap kita tidak akan bisa memperoleh derajat Taqwa. Intinya, tinggalkan semua yang dilarang Allah dan ikuti semua yang diperintahkan, inilah sejatinya hidup seorang hamba yang bernama manusia, makhluk yang diciptakan, bukan yang menciptakan.

Oleh karena itu, mari kita jadikan spirit Ramadhan dan Waisak sebagai penyemangat dalam menjalani kehidupan ini, mengerti lebih dalam akan hakikat kehidupan yang fana, kehidupan yang sementara tidak abadi ini.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun