Surabaya - Mahasiswa Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya (Untag Surabaya) telah melaksanakan program Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM) Proyek Kemanusiaan, dengan fokus pada pengolahan sampah organik melalui metode pembuatan komposter. Komposter adalah alat atau sistem yang digunakan untuk mendaur ulang bahan organik, seperti sisa-sisa makanan dan sampah dapur menjadi pupuk alami yang kaya akan nutrisi untuk tanaman.
Dalam proker yang dijuluki "Implementasi Komposter untuk Pengolahan Sampah Organik di Wilayah Bantaran Sungai", mahasiswa Untag telah membuktikan bahwa sampah organik bukanlah suatu masalah, melainkan sebuah potensi yang belum dimanfaatkan sepenuhnya. Dengan menggunakan kreativitas, kini telah berhasil mengubah sampah menjadi sumber daya yang bernilai, yaitu pupuk kompos melalui pembuatan komposter yang efisien dan ramah lingkungan.
Metode pembuatan komposter menjadi inti dari proker ini. Dengan menyediakan alat dan bahan, seperti tong komposter, baskom komposter, EM4, dan peralatan komposter lainnya, mahasiswa telah berhasil memfasilitasi komposter yang mudah diakses dan dioperasikan oleh masyarakat umum. Dari proker ini tidak hanya memungkinkan pengolahan sampah organik menjadi pupuk kompos berkualitas tinggi, tetapi juga mengurangi dampak negatif sampah terhadap lingkungan.
Mahasiswa yang melakukan kegiatan proker komposter ini berada di bawah naungan dari Dinas Lingkungan Hidup Kota Surabaya, sehingga sebelum pelaksanaan di masyarakat, ia juga mendapatkan pembekalan terkait pengolahan sampah dan menjadi penyalur aspirasi dari warga untuk disampaikan ke lembaga pemerintah.
"Melalui pembuatan komposter, saya ingin memberdayakan masyarakat untuk mengelola sampah organik secara efektif. Saya percaya bahwa setiap komposter yang telah dibuat adalah langkah kecil menuju perubahan besar dalam menjaga keberlanjutan lingkungan. Dalam pembuatan komposter, tentunya juga harus mendapat dukungan dari warga setempat dan harus menghasilkan luaran yang terus berkeseinambungan, supaya program kerja ini tetap berjalan secara kontinuitas. Pembentukan warga penggerak pada wilayah ini juga dapat mendorong warga lain untuk lebih peduli terhadap kebersihan di lingkungan sekitarnya," kata Assakinah, Mahasiswa Pelaksana di Bantaran Sungai Deles, Kamis, (30/5/2024).
Tanggapan positif juga keluar dari pak Furqon, ketua RT 3 yang selalu memantau program kerja mahasiswa di wilayahnya.
"Melihat dari pelaksanaan kinerja mahasiswa Untag yang luar biasa berjalan dengan maksimal. Saya mengucapkan terima kasih karena dengan penyediaan fasilitas komposter dan pembentukan warga penggerak dapat membuat pengolahan komposter ini akan terus berjalan dan saling mengingatkan antara satu dengan yang lain. Selama pelaksanaan program kerja, warga menjadi lebih sadar akan kebersihan lingkungan di sekitar dan terdapat pengurangan jumlah sampah yang biasanya menumpuk di tong penampungan," ujarnya, Kamis, (30/5/2024).
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H