Mohon tunggu...
Syifa Salsabila Hanindita
Syifa Salsabila Hanindita Mohon Tunggu... Ahli Gizi - mahasiswa

seorang mahasiswa gizi yang mendalami perannya dalam perubahan, dengan tekat keluar dari zona nyaman because your life isn't come for twice.

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Menuju Indonesia Stunning atau Stunting?

2 Januari 2024   11:45 Diperbarui: 2 Januari 2024   22:47 390
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://dinkes.acehprov.go.id/l-content/uploads/Konsep_Gizi_Seimbang_Isi_Prliringku.jpg

Negara Indonesia terkenal akan dunia kulinernya, dengan adanya berbagai sumber daya alam yang melimpah menciptakan makanan yang beragam, ditambah dengan budayanya yang unik. Hal ini membuat wisatawan local dan mancanegara tertarik untuk datang ke Indonesia. Ditambah dengan media sosial yang digunakan untuk memperkenalkan kekayaan Indonesia khususnya makanan tradisional. Zaman yang semakin berkembang menjadikan kuliner bergeser ke makanan cepat saji, hal ini dikenal dengan sebutan makanan viral oleh generasi Z. Makanan yang dikenalkan lewat media sosial kemudian ramai diburu oleh masyarakat yang akan menyebabkan makanan ini bertahan dan berkembang pesat di berbagai kota. Dengan adanya berbagai inovasi pangan yang unik yang menarik khususnya untuk anak-anak dan remaja ini seharunya dapat dikembangkan juga dalam makanan sehat, yang mana akan berpengaruh pada kesehatannya dimasa yang akan datang.

Adanya makanan cepat saji memberikan beberapa kenyamanan bagi beberapa orang khususnya para orang tua yang sibuk dan membutuhkan proses yang cepat, padahal dari kenyamanan ini dapat berubah menjadi kegelisahan di masa yang akan datang. Dibuktikan dengan hasil penelitian bahwasanya makanan cepat saji seperti junk food dapat meningkatkan angka stunting di Indonesia. Hal ini dikarenakan makanan cepat saji dapat menghambat berbagai kandungan mineral, vitamin, dan nutrisi penting yang dibutuhkan oleh tubuh. Selain itu, tingginya kadar natrium/garam pada makanan cepat saji dapat memicu tingginya kejadian hipertensi juga penyakit lain seperti stroke. Selain itu, makanan cepat saji cenderung memiliki kadar garam, gula dan lemak yang tinggi. Dikhawatirkan dengan konsumsi makanan cepat saji secara berlebih akan menyebabkan perkembangan pada otak anak tidak sempurna. Yang dibutuhkan oleh anak-anak ialah makanan tinggi protein, kalsium, zat besi, dan berbagai vitamin yang diperlukan untuk pertumbuhan otak dan sistem imun. Sehingga, orang tua memiliki peran penting dalam pemilihan makanan anak dengan menyesuaikan pedoman gizi seimbang, isi piringku untuk mendukung pertumbuhan dan perkembangan anak.

https://images.app.goo.gl/zC8kFsc3UVNVAHVs7
https://images.app.goo.gl/zC8kFsc3UVNVAHVs7

Memberikan perhatian terkait asupan makan anak sangat diperlukan sejak kecil, jika tidak akan memberikan dampak yang kurang baik di masa depan sang anak, salah satunya ialah stunting. Biasanya anak yang menderita stunting ini memiliki tubuh yang pendek atau tidak sesuai dengan panjang badan usianya, juga berat badan yang tidak normal. Usia dini sangat rawan terhadap permasalahan perkembangan apalagi jika tidak disusul dengan kebutuhan gizi yang cukup. Untuk mengurangi kasus stunting ini, para penelisi setuju bahwa makanan dengan tinggi protein dapat membantu menurunkan angka stunting khususnya di Indonesia. Salah satu penyebab stunting di Indonesia yaitu orang tua yang sibuk bekerja sehingga tidak dapat memberikan perhatian yang cukup untuk anak. Biasanya, orang tua akan memberikan makanan cepat saji karena makanan ini mudah dijangkau, cepat dan anak pun suka. Padahal, Makanan cepat saji banyak mengandung lemak, natrium, kalori yang tinggi dan rendah serat. Konsumsi tinggi makanan cepat saji diduga dapat menyebabkan obesitas dan kekurangan akan zat gizi tertentu karena kandungan dari makanan cepat saji tersebut.

Makanan siap saji (fast food) merupakan jenis makanan yang mudah dikemas, mudah disajikan, praktis, atau diolah dengan cara sederhana. Makanan pada umumnya diproduki oleh pengolahan pangan dan teknologi tinggi dan berbagai macam zat aditif untuk mengawetkan makanan dan memberikan sebuah cita rasa. Jika diminta untuk memilih, anak-anak pasti lebih suka makanan yang seperti ini, karena rasanya sesuai dengan selera ditambah dengan harganya yang terjangkau. Anak yang sering mengkonsumsi makanan cepat saji ini dan dibiarkan terus menerus akan menyebabkan berbagai masalah kesehatan, adanya kasus stunting yang belum tertangani ditambah dengan meningkatnya kasus obesitas karena makanan yang mengandung kalori dan lemak yang tinggi. Maka dari itu, peran orang tua dalam penyedia makanan sangat dibutuhkan sejak anak usia dini. Mulai dari kelahirang sang anak yang memerlukan asi yang cukup dan memiliki kandungan nutrisi yang tinggi. Hal ini berarti tidak hanya anak tetapi ibu pun membutuhkan makanan yang bergizi agar menghasilkan anak dengan gizi yang cukup.

Seorang anak dengan kecukupan gizi yang cukup sejak kecil akan menjadi pribadi yang memiliki kebutuhan cukup dimasa dewasa dan memiliki resiko yang kecil terhadap masalah kesehatan, serta  memiliki perkembangan dan pertumbuhan yang normal. Hal ini dapat dikaitkan dengan tingginya kasus stunting di Indonesia yang masih tinggi, lagi-lagi hal ini disebabkan oleh tidak tecukupinya kebutuhan gizi. Sebenarnya, kasus stunting dapat ditangani dengan program pemerintah yang memberikan PMT pada balita, pemberian PMT ini digunakan untuk perbaikan gizi balita. Namun, beberapa posyandu tidak memberikan PMT yang bergizi. Bahkan, beberapa posyandu hanya memberikan makanan ringan sebagai PMT. akan lebih baik jika PMT yang diberikan berupa snack dengan protein tinggi, susu, buah dan sayuran dengan kreasi yang akan menarik perhatian sang anak. Tenaga kesehatan, para kader seharusnya memiliki komitmen dan tujuan yang sama untuk menuntaskan kasus stunting dengan memberikan makanan bergizi. Pemberian PMT ini akan berhubungan dengan penerimaan makan pada anak. Hal ini dikarenakan anak dibawah usia 2 tahun akan lebih mudah dikontrol dibandingkan dengan anak diatas 2 tahun yang sudah bisa memilih dan menolak makanan. Tentunya jika anak sudah diberikan contoh makanan yang bergizi sejak kecil akan lebih mudah diatur karena sudah dikenalkan dan diberikan edukasi terkait makanan sehat dan bergizi.

Pemerintah telah menargetkan penurunan angka stunting di Indonesia menjadi 14% di tahun 2024, dimana pada tahun 2019 mencapai 27,6% (Riskesdas, 2019). Berdasarkan Survey Status Gizi Indonesia (SSGI) prevalensi stunting masih tinggi yaitu diangka 21,6%. Untuk mencapai target 14%, maka pemerintah menargetkan untuk menurunkan prevalensi stunting sebesar 3,8% per tahunnya. Beberapa program yang dapat dilakukan untuk mengurangi angka stunting di Indonesia dimulai dari posyandu ibu hamil, balita hingga remaja, kunjungan dan pendampingan keluarga. Program posyandu ibu hamil ini dilakukan untuk mengetahui kecukupan nutrisi dan status gizi ibu, kemudian dilanjutkan dengan program posyandu balita agar pertumbuhan dan perkembangan anak dapet diketahui dan dapat mengurangi resiko stunting di Indonesia. Perkembangan anak akan membawa dampak kesehatan pada usia remaja. Sehingga jika sejak balita tidak memiliki kecukupan gizi sesuai dengan kebutuhannya akan menyebabkan berbagai permasalahan seperti perkembangan kognitif yang lebih rendah, berat badan dan tinggi badan yang tidak normal, dan juga sistem imun yang rendah.

Kembali pada maraknya makanan siap saji di Indonesia yang tidak mengandung nutrisi yang diperlukan oleh tubuh akan lebih baik jika masyarakat Indonesia mengembangkan berbagai makanan dengan tinggi nutrisi dan menginovasikannya seperti makanan siap saji. Sehingga remaja maupun dewasa dapat mengkonsumsi dengan mudah dan anak-anak juga tertarik untuk mengkonsumsi makanan dengan gizi tinggi. Beberapa penelitian telah menginovasikan berbagai temuannya dalam dunia kuliner untuk memenuhi status gizi dengan berbagai penyakit yang dideritanya seperti olahan dari buah bit yang tinggi zat besi, berbagai olahan daging untuk seseorang yang membutuhkan protein tinggi. Berbagai inovasi dari kacang-kacangan yang bisa menggantikan protein hewani bagi vegetarian dan masih banyak lagi. Program perbaikan makanan ini akan berjalan jika mendapatkan dukungan dari pemerintah dan masyarakat yang menginginkan perubahan yang lebih baik dengan merubah pusat makanan penyebab stunting menjadi pusat makanan bergizi yang membawa Indonesia kearah yang lebih baik dengan menurunkan angka stunting sesuai target di Indonesia.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun