SUATU HARI DI MUSIM HUJAN.
Puisi "Suatu Hari di Musim Hujan" karya Asrul Sani Abu menggambarkan keindahan dan ketenangan yang dapat ditemukan di tengah hujan. Dengan gaya bahasa yang sederhana namun menyentuh, puisi ini mengajak pembaca untuk melihat hujan bukan hanya sebagai fenomena alam, tetapi juga sebagai simbol cinta dan kasih sayang yang datang dari alam semesta.
Dalam bait-baitnya, Asrul Sani Abu membawa pembaca merasakan perjalanan batin yang penuh dengan refleksi. Hujan yang biasanya dianggap sebagai gangguan, diubah menjadi momen meditasi yang mendalam, di mana kelelahan fisik dan emosional diselimuti oleh kedamaian yang dibawa oleh alam. Selain itu, hujan juga digambarkan sebagai kekuatan yang menyuburkan cinta lama dan menjadi fondasi bagi pembangunan negeri yang makmur.
Puisi ini menutup dengan pesan optimisme, di mana hujan tidak lagi dilihat sebagai bencana, tetapi sebagai berkah yang membawa kegembiraan bagi seluruh anak bangsa. Melalui puisi ini, Asrul Sani Abu mengajak kita untuk merayakan keindahan alam Indonesia dan menemukan ketenangan di tengah badai kehidupan.
SUATU HARI, DI MUSIM HUJAN.Â
Suatu hari, di musim hujan.
Aku berjalan mengelilingi lapangan
Bumi yang menghampar diterpa derasnya hujan.
Alam yang mencurahkan kasih dan sayang
Menyelimuti seluruh jiwa hingga tampil ke permukaan.
Suatu hari, di musim hujan.
Ku berjalan tak henti-hentinya.
Lelahnya hati, tak lagi terasa.
Lelahnya badan, menggeluti jiwa.
Suatu hari, di musim hujan.
Bunga hati tersenyum, tumbuh merona
Cinta lama kembali tersiram
Membangun negeri yang maju dan tentram.
Suatu hari di musim hujan.
Hujan tak lagi jadi bencana
Seluruh anak negeri bergembira
Menikmati indahnya alam raya Indonesia.
ASRUL SANI ABU.