DEMI ILMU DAN HIKMAH.Â
Bulan ramadan adalah bulan penuh rahmat, penuh ampunan dan penuh hikmah. Dimulai dari turunnya perintah ayat suci Bacalah!. Tentu saja, setiap hari kita membaca. Namun apa yang setiap hari kita baca selama ini? Ilmu apa yang kita baca dan hikmah apa yang kita peroleh dari membaca?.
Ada tiga pokok utama yang akan menjadi pembahasan kita kali ini, yaitu
1. Â Â Â Apa itu perbedaan ilmu dan hikmah?
2. Â Â Â Bagaimana ilmu dan hikmah menuntun kita kepada jalan yang lurus, jalan keabadian yang hakiki menuju Jannah. Serta...
3. Â Â Â Bagaimana agar kita tidak termasuk dalam orang-orang yang tak berilmu yang terjebak di jalan orang-orang yang zalim. Jalan bagi orang-orang yang merugikan dirinya sendiri.
Â
1. Â Â Â Apa itu ilmu? Dan apa itu hikmah?. Ilmu dapat dicari dengan menggunakan akal dan pikiran, namun berbeda dengan hikmah. Hikmah hanya bisa didapatkan dengan menggunakan akal, pikiran dan hati yang lapang. Jadi semua orang bisa mendapatkan ilmu yang tinggi namun tidak semua orang dapat mendapatkan hikmah yang tinggi.Â
Lalu bagaimana agar kita mendapatkan hati yang lapang? Yaitu memiliki hati yang lembut dan tidak keras. Tidak keras kepala atau tidak kepala batu? Orang-orang yang keras kepala atau kepala batu seringkali tidak memiliki hikmah atau hati yang lapang.Â
Mereka tidak mendapatkan hikmah atas apa yang telah dimilikinya. Yang memiliki ilmu tidak mendapatkan hikmah ilmunya. Yang memiliki rumah tidak mendapatkan hikmah dari rumahnya. Rumah yang semestinya menjadi keberkahan dan amalan malah justru menjadi ladang dosa baginya.
Contohnya orang yang telah mendapatkan rezeki rumah dari Allah, justru rumah tersebut dijadikan tempat melakukan transaksi narkoba, mabuk-mabukan, pelacuran, atau pencurian. Â Intinya rumah tersebut malah menjadi ladang dosa baginya bukan menjadi ladang amal baginya.
Ini cerita sebenarnya. Ada rumah yang notabene adalah milik sosok seorang pimpinan malah justru menyerobot rumah atau tanah warga lain. Misalnya atap rumahnya dilebihkan hingga mengambil tembok atau jalan orang lain. Ini terjadi di daerah asal saya kota Makassar, hal ini menjadi lumrah karena banyaknya kejadian seperti ini mungkin di hampir seluruh belahan bumi Indonesia.
Dan di sini juga saya lihat sudah mulai banyak yang membangun di area yang bukan miliknya dan biasanya dijadikan garasi atau tempat usaha atau tempat lainnya walaupun tanah atau rumah itu adalah sejatinya merupakan hak milik masyarakat jadi bukan milik pribadinya. Jadi pengambilan tanah di sini tergolong berani bahkan di depan mata kita sendiri.Â
Ini bisa saja terjadi karena tidak membaca petunjuk dan hikmah nabi kita Muhammad SAW, yang pernah bersabda: Barang siapa yang mengambil tanah bumi sejengkal yang bukan haknya, niscaya ditenggelamkan ia pada hari kiamat sampai ke dalam tujuh lapis bumi (HR. Bukhari).