Mohon tunggu...
Asrorur Rahim
Asrorur Rahim Mohon Tunggu... Ilmuwan - santri di Universitas Diponegoro

bermanfaat untuk menjadi hebat, berkarya untuk menjadi bermakna

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Adaptasi Mahasiswa Saat Menghadapi KKN di Masa Pandemi

3 Februari 2022   11:02 Diperbarui: 3 Februari 2022   11:03 48
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ruang Kelas. Sumber Ilustrasi: PAXELS

Kurang lebih 2 tahun belakangan ini, pembelajaran di bangku kuliah dilakukan mahasiswa secara daring. Sejak pandemi menyerang Indonesia, kegiatan-kegiatan akademik di lingkungan kampus memang terpaksa lumpuh. Mulai dari kegiatan kuliah di ruang kelas, kegiatan organisasi mahasiswa, nongkrong sambil sebat sehabis kelas, diskusi ngalor ngidul di emperan kampus dan kantin kampus, rapat di kampus sampai tengah malam sampai diusir satpam, makrab angkatan, dan lain sebagainya. Termasuk juga yang terkena imbasnya adalah  kegiatan kuliah kerja nyata atau KKN yang tidak dilakukan secara penuh di lapangan.

KKN merupakan sebuah ajang mahasiswa untuk melakukan aksi nyata dan terjun ke masyarakat untuk melakukan pengabdian dan bersentuhan langsung dengan mengetahui kondisi permasalahan yang nyata yang ada di masyarakat. Rektor saya tercinta juga memberikan pidato di acara penerjunan KKN awal januari lalu yang kurang lebih begini "KKN adalah madrasah awal yang baik untuk melaksanakan pengabdian dan menebar kemanfaatan di masyarakat".

Benar memang bahwa KKN bisa menjadi wadah atau kegiatan untuk berpartisipasi aktif di masyarakat. Di samping juga banyak kata orang khususnya yang jomlo, KKN juga bisa dijadikan sebagai alternatif dalam ajang pencarian pacar, syukur bisa ketemu jodoh.

Akan tetapi, sungguh sangat berbeda dan jelas berbanding terbalik pelaksanaan KKN di era pandemi seperti sekarang ini dengan era sebelum adanya pandemi. Mahasiswa runtang-runtung di desa dengan memakai jaket khas KKN dan Posko-posko KKN yang biasanya bertempat di rumah pak lurah atau mencari rumah kosong milik warga kini sudah tidak ada. Alhasil, golongan jomlo di kampus terpaksa hangus sudah impiannya untuk mendapatkan pacar impian sampai bermimpi nantinya dijodohkan dengan anaknya pak lurah. Sungguh nasib yang malang memang.

Di samping itu juga, pelaksanaan KKN di masa pandemi ini juga menurut saya kurang efektif untuk dilakukan. Dari penerjunan, pelaksanaan, sampai penarikan pun dilakukan secara daring. Balik lagi bahwa, pandemi mengacaukan semuanya. Instruksi dari kampus untuk menerapkan protokol kesehatan menjadi poin penting dan harus dilakukan semua mahasiswa saat pelaksanaan KKN. Nah, poin penting tersebut lah yang menjadi tantangan tersendiri saat pelaksanaan di lapangan.

Dari adanya pandemi yang menyerang negeri ini, pihak kampus juga menyiasati untuk pelaksanaan KKN dilaksanakan di daerah masing-masing, atau tempat tinggal mahasiswa itu sendiri. Hal ini juga menjadi tantangan besar yang harus dilakukan di masa pandemi ini selain poin menjaga protokol kesehatan. Kita tahu bahwa, warga kampung atau terkhusus yang tinggal di pedesaan dan jauh dari pusat kota, tingkat kedisiplinan warganya dalam menjaga protokol kesehatan jelas sangat kurang. Inilah yang menjadi tantangan juga, padahal tema KKN dari kampus adalah mengenai Covid.

KKN dan terjun di lapangan serta di desa sendiri memang menurut saya agak gimana gitu, rasa kurang percaya diri pasti ada dan tentu perasaan lain atau ketidakpuasan dalam menjalankan KKN. Jelas sebuah tantangan untuk bersentuhan ke masyarakat khususnya di desa sendiri. Alhasil, KKN di masa pandemi seperti ini khususnya pelaksanaannya yang dilakukan di daerah tempat tinggal masing-masing membuat mahasiswa yang melakukannya setengah-setengah.

Hal lain yang menarik pada KKN di masa pandemi ini adalah mengenai setiap kegiatan KKN atau program kerja yang dilaksanakan harus diunggah dalam akun media sosial masing-masing mahasiswa. Sungguh jelas sangat berbeda pada KKN seperti biasanya. Akibatnya, konten program kerja KKN yang diunggah di media sosial masing-masing mahasiswa  banyak yang hanya terlaksana setengah-setengah, dan tak sedikit mahasiswa yang menjalankan program kerja hanya sebagai formalitas belaka. Yang penting ada bukti foto dan unggah saja seadanya.

Jelas bahwa feel KKN atau ruh dari KKN sendiri sudah hilang sebagaimana mestinya. Impian menjemput pasangan lewat KKN jelas pupus sudah, pengabdian yang nyata dan melihat kondisi realitas permasalahan masyarakat hanya semu belaka. Saya jadi membayangkan, bagaimana jadinya jika pada masa pandemi seperti sekarang ini belum ditemukannya teknologi telepon, media sosial, aplikasi rapat daring, dan beberapa teknologi lainnya. Akankah KKN masih eksis? Entah saya tidak bisa menjawabnya.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun