Untuk kesekian kali Indonesia diguncang bencana. Mari berfikir positif dan memang itu kehendak Allah Subhanahu wa Ta'ala. Jangan sampai mengkait-kaitkan dengan apapun. Termasuk perpolitikan. Memang nuansa politik terkadang menggiring kita memasukkan apa saja yang pas momentnya. Padahal kita sebagai makhluk hidup, tak sepantasnya memvonis ini dan itu akibat itu dan ini. Mengira-ngira boleh sebagai bahan evaluasi untuk diri sendiri. Namun janganlah kita mengeluarkan statemen dengan cara mendakwa kepada orang lain yang tidak seirama dengan kita. Itu jelas memvonis dan melampau batas-batas kita sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Kuasa.
Dengan adanya bencana ini, mari kita bantu dengan cara apapun yang penting tujuannya baik. Sekecil apapun bantuan kita, Tuhan jelas tidak tidur. Dia dengan segala keMahaanNya pasti akan mencatat niatan baik kita. Ingat semua amalan kita tergantung niat kita. "Innamal 'amalu binniyati,.." Entah itu bantuan dengan cara memberi makanan, pakaian, obat-obatan, bahkan do'apun -- kalau itu tujuannya baik pasti mulia di sisi Allah.
Namun sayang, dengan adanya kejadian ini nggak sedikit para tokoh yang mengkait-kaitkan dengan moment politik. Padahal kalau kita berani jujur, ada kejadian penjarahan dirumah-rumah korban bencana, kita terkesan diam seakan nggak tahu. Padahal yang seperti itu jelas-jelas salah.
Memang nurani terkadang kalah dengan keinginan kita yang terlalu menggebu-gebu. Padahal kita lupa jika semua yang menggebu-gebu biasanya mengarah ke hal yang berlebihan.Â
Segala sesuatu yang berlebihan, jelas itu nggak baik. Yang terbaik adalah jaga dan selalu control agar menemukan keseimbangan sebagai balance setiap kita melangkah. Itu penting buat telaah kita sendiri.
Semoga semua korban yang tertimpa bencana, Allah senantiasa memberi ketabahan dan kesabaran. Yang meninggal semoga mampu menembus impian wafat husnul khotimah.Â
Semua amalan-amalan baik diterima dan semua dosa-dosa diampuni Allah SWT. Mari kita bangun dan tunjukkan bahwa kita manusia beradab yang peduli terhadap sesama makhluk sosial.Â
Jangan ada cela dan nyiyir diantara kita. Jangan ada sok paling bener soal bencana ini. Jangan ada kambing hitam dan bahasa "kuwalat" terhadap yang tidak sejalan pikirannya dengan kita.Â
Jangan ada pikiran " sukurin atau meledek " saat melihat dan mendengar tragedi ini. Juga jangan ada istilah "kita berdiri diatas kebenaran dan paling benar" setelah kejadian bencana ini. Entah itu murni musibah, bala' atau ujian, mari kita bertanya kepada diri kita masing-masing. Semoga jika itu musibah, Allah senantiasa memberi kekuatan sesuai batas-batas kemampuan kita. Amin yaa robbal 'aalamiin,...
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H