malam itu dengan tenaga sisa perjalanan di mulai, setelah mematikan TV di kamar berlari kecil menuju lobby. Telah menunggu rombongan yang tujuan untuk field trip malam itu, antara pergi dan tidak masih ada dalam benak saat itu.
perjalanan pun dimulai, bus terasa menyenangkan dengan guyonan salah satu peserta yang mampu membuat senyum simpul. menyusuri jalan di kota itu membuat kami sesekali mengeluarkan nada kecewa karena tidak seperti yang dibayangkan,,hehehe
masuk ke tempat itu berhasil membuat semangat kami bergelora, karena rasa penasaran selama ini sudah terobati dengan tibanya rombongan di tempat itu.
Mencoba melangkahkan kaki di tengah lautan manusia itu, awalnya membuat takjub dengan kondisi orang-orang disana. Tidak bisa dipungkiri ada rasa amarah yang membara sampai ke kepala dan mengalir ke semua saraf tubuh malam itu.
aku tidak bisa pungkiri kalau mata berkaca dan hampir menangis melihat kondisi itu. lautan manusia, dihiasai lampu yang terang benderang dan iringan musik yang beraneka ragam dari satu lokasi ke area lain. kelompok laki-laki gencar sekali menawarkan dagangan mereka. dagangan itu yang berhasil membuat aku miris, di atas sopa itu dihiasa kaum hawa dengan pakaian minim, dandanan menor dan senyum yang lebar.
Mereka dijual, dijual dalam keadaan sadar, dijual dengan tujuan untuk mendapatkan lembaran uang dengan memuskan hasrta lelaki tidak bertanggungjawab yang datang menghampiri mereka, sempat terbersit dalam pikiran ku, apakah mereka tidak mau melawan? Tapi dari senyum mereka menyiratkan mereka juga bahagia.
Bergelutnya banyak alasan dan argumen dalam pikiran ku berhasil membuat aku berada pada satu titik kesimpulan bahwa mahluk itu adalah wanita. Posisi lemah, selalu tersudut dan selalu menjadi korban dari perbuatan laki-laki tidak bertanggung jawab.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H