Mohon tunggu...
Asron Gultom
Asron Gultom Mohon Tunggu... -

hmmmm

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Dia tertawa bahagia

14 Oktober 2011   05:38 Diperbarui: 26 Juni 2015   00:58 237
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Next Trip

rencana untuk keliling kota terbesar ke 2 di Indonesia malam itu tercapai juga,,hahaha

semangat sekali menjalani kota yang malam itu lumayan sejuk di kulit. tujuan pertama adalah Sunan ampel, wah malam itu benar-benar dipenuhi orang yang ingin melakukan ibadah malam, saya juga kurang faham apa nama ibadah malam yg dilakukan itu. tercium jelas aroma minyak wangi khas timur bercampur dengan aroma makanan yang berlemak khas arab.hmmmm namun ya gt deh tidak berhasil menggugah selera untuk menyantap nya (karena ga terlalu suka).

untuk menemukan pedagang tidak sulit di tempat itu, mulai dari makanan, minuman, perlengkapan ibadah sampai kepada aksesoris beraneka ragam (tidak jadi beli kalung yang udah diincar,,,hufff)..dan ada pedagang buah potong yang juga tidak jadi saya beli (padahal udah pengen dari awal). Menuju lorong yang cukup panjang dan dihiasai pedagang di sebelah kanan dan kiri dengan jenis dagangan yang hampir sama, ini juga sedikit mengganggu otak, dimana2 kalo ada usaha yang maju maka orang2 akan latah membuka usaha yang sama sampai beratus kios.

Keluar dari lorong itu akhirnya saya bernafas lega dan berhasil membuat otak menentukan tujuan selanjutnya yakni mencari tahu campur,,huhuiiiii,,,berawal dari ketika sampai di kota ini, banyak makanan yang dijajakan dengan tahu campur, otomatis donk penasaran muncul kenapa makanan itu banyak dijual.

terjadilah apa yang direncanakan, tahu campur itupun memenuhi lambung yang sebenarnya sudah hampir full malam itu (ini lapar atau rakus---ingat berat badan),,hmmm,,yah makanan itu sebernarnya setelah dimakan tidak seheboh yang dipikirkan.

nah yang lebih menarik perhatian adalah ketika menentukan trip berikutnya, ketemulah dengan abang becak dayung di depan tempat makan itu, sambil bertanya apa yang menarik lagi dari kota ini, beberapa nama disebutkan lengkap dengan jarak, ciri khas tempatnya dan harga yang harus kami bayarkan kepada mereka. wah tidak terlalu mahal denga perjalanan panjang itu ditambah dengan permintaan kami supaya mereka menunggu ketika kami menikmati konser band (SO7) malam itu, mengambil foto di setiap tempat. Dia tertawa ketika kami kelihatan narsis dan sesekali dia mengambil foto sendiri juga (kita kan turis dometik juga-kt bapak itu).Kayuhan becak nya malam itu tidak terasa melemah padahal sudah sangat jauh perjalanan, dia tertawa bahagia ketika kami mencoba membawa becaknya dan gagal, Dia tertawa bahagia ketika lembaran uang sepuluh ribu itu kam berikan, terlihat jelas dia tertawa bahagia dengan apa yang dia miliki, apa yang dia kerjakan dan apa yang dia impikan.

like this pak, saya belajar mengayuh becak dari mu dan tawa mu mengajarku mengayuh hidup lebih giat dan bersyukur.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun