Mohon tunggu...
Asri Widowati
Asri Widowati Mohon Tunggu... Guru - Guru

Pecinta sastra yang sedang belajar meramu kata

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Memaknai Filosofi Ki Hajar Dewantara lewat Pendidikan Guru Penggerak

4 September 2023   04:26 Diperbarui: 4 September 2023   06:38 222
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Sebagai seorang pendidik, seyogyanya kita harus benar-benar memahami berbagai filosofi pendidikan yang telah disampaikan Bapak Pendidikan Indonesia, Ki Hajar Dewantara. Dengan begitu kita akan paham benar arah tujuan kita dalam mengemban tugas untuk mencerdaskan anak bangsa. Dari sekian banyak pemikiran beliau mengenai pendidikan, terdapat 2 hal yang menarik perhatian saya. Yang pertama adalah pernyataan mengenai pendidikan adalah tempat persemaian segala benih-benih kebudayaan yang hidup dalam masyarakat kebangsaan, maka bangsa Indonesia harus mampu mewujudkan bentuk sendiri, isi sendiri, dan irama sendiri, sehingga kita mampu menjadi bangsa yang memiliki kepribadian Indonesia, namun tangguh dan berdaya saing di dunia internasional. Beliau mengharapkan, para penerusnya mampu menjadi pribadi yang berkarakter Indonesia namun adaptif terhadap perubahan sehingga mampu bertahan bahkan menjadi pemenang dalam menghadapi derasnya arus globalisasi. Ketika di jaman sekarang banyak remaja yang krisis identitas, dimana mereka mulai kehilangan ‘ke-indonesia-annya’, pemikiran beliau ini seolah menjadi pengingat agar kita kembali ke akar budaya kita.

Hal lain yang dijelaskan Ki Hajar Dewantara di dalam sistem Taman siswa adalah mengenai keluarga. Dalam lingkungan keluarga, seluruh pembelajaran budi pekerti dan ilmu pengetahuan awal diajarkan di sana. Berpisahnya anak-anak dengan keluarganya berarti kehilangan tuntunan ataupun pedoman, untuk laku hidupnya dan membahayakan keselamatan dan kebahagiaannya sebagai manusia yang susila dan bertanggungjawab. Jadi, dapat disimpulkan keluarga dalam filosofi KHD mendapatkan tempat yang luhur dan sempurna. Itu berarti, keluarga menjadi komponen terpenting dalam pembentukan jati diri anak bangsa.

Jika diamati lebih mendalam, berbagai permasalahan siswa di sekolah bermula dari permasalahan yang ia hadapi di keluarga. Mengharapkan keluarga yang dalam kondisi kurang kondusif dalam membentuk karakter baik anak adalah sebuah keniscayaan. Di sinilah guru harus mengambil peranan. Jangan sampai masa depan anak hancur karena ia kehilangan ‘rasa berharganya’ sebagai seorang manusia yang sempurna, karenanya minimnya apresiasi yang diharapkan datangnya dari keluarga.

Melalui pendidikan guru penggerak, saya mulai mempelajari pemikiran KHD yang ternyata masih sangat relevan untuk diterapkan di kondisi saat ini. Dengan mempelajari berbagai hal baru tersebut, semakin meneguhkan saya untuk tidak sekedar ‘mengajar’ atau transfer ilmu saja, tetapi juga menyelami dan membantu siswa menemukan dirinya ‘seutuhnya’. Ketika KHD menyampaikan bahwa pendidikan itu haruslah memanusiakan manusia, maka segala tindakan saya di kelas yang terkadang semau saya sendiri, semua harus mengikuti instruksi saya, tanpa memberi siswa ruang untuk menyatakan pendapatnya haruslah diperbaiki.

Sebelum mempelajari pemikiran KHD lebih mendalam, saya merasa siswa hanya objek yang harus mengikuti apa yang saya instruksikan. Namun, setelah mempelajari filosofi KHD, saya harus mampu memanusiakan manusia dengan memberi ruang untuk menyatakan pendapat mereka terkait proses pembelajaran yang saya lakukan. Contohnya deadline pengumpulan tugas sebaiknya disepakati bersama atau tugas yang saya berikan seharusnya lebih memperhatikan perbedaan minat dan kemampuan siswa.

Dalam rangka menerapkan pemikiran KHD di kelas-kelas saya, saya harus lebih banyak mendengarkan, mengamati, dan menerima pendapat siswa. Itu tidaklah mudah, tetapi saya harus mengusahakan hal tersebut agar tujuan pembelajaran bisa tercapai. Tercapainya tujuan pembelajaran dengan menerapkan pemikiran KHD ini bukanlah pencapaian tujuan pembelajaran biasa, karena hal tersebut merupakan hal yang disepakati bersama sehingga siswa merasa terlibat dalam pengambilan keputusan sehingga suatu tujuan pembelajaran bisa tercapai. Keterlibatan siswa ini akan menumbuhkan kepercayaan diri mereka untuk menjadi diri mereka seutuhnya dan menjadi bagian dari proses tersebut merupakan kebahagiaan saya sebagai seorang guru. Semoga saya selalu dimudahkan dalam proses mengiringi mereka menemukan diri mereka seutuhnya sehingga mampu menghadapi segala tantangan dan ujian di masa mendatang.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun