Mohon tunggu...
Asri Susanti
Asri Susanti Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa S1 Pendidikan Akuntansi Universitas Negeri Malang

Pengabdian kepada masyarakat

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

"Sambatan" Gotong Royong Membangun Rumah

27 Mei 2021   07:26 Diperbarui: 27 Mei 2021   08:46 4361
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sambatan pembongkaran rumah

Hidup di desa selalu mengajarkan kita tentang arti kekeluargaan dan kebersamaan. Interaksi sosial antar warga desa masih terjalin dengan baik. Seperti yang ada di Desa Pojok, Kecamatan Kwadungan, Kabupaten Ngawi, Jawa Timur. Setiap ada warga desa atau tetangga yang mempunyai hajatan pasti saling membantu. Hal tersebut juga terjadi ketika terdapat warga desa yang ingin membangun atau memperbaiki rumah. Istilah ini sering disebut dengan "sambatan". Sambatan berasal dari kata "sambat" yang berarti meminta bantuan tenaga untuk mengerjakan sesuatu. Istilah sambatan menurut KBBI adalah pertolongan; bantuan. Di Desa Pojok sendiri kata sambatan diartikan sebagai tradisi turun temurun atau kegiatan gotong royong yang sering terjadi di pedesaan yang biasa dilakukan ketika ada warga sekitar yang membangun atau memperbaiki rumah. Sambatan ini dilakukan oleh bapak-bapak, sedangkan ibu-ibu membantu memasak makanan.

Jika terdapat salah satu warga yang ingin mendirikan atau memperbaiki rumah, pemilik rumah akan meminta bantuan kepada para tetangga dengan mendatangi langsung dari rumah ke rumah. Hal tersebut sebagai adab atau sopan santun sekaligus sebagai bentuk rasa menghormati tetangga yang dimintai bantuan. Proses pembongkaran dan pendirian rumah yang dilakukan secara gotong-royong oleh warga menunjukkan semangat kekeluargaan dan kebersamaan, pekerjaan berat sekalipun jika dilakukan bersama-sama maka akan terasa ringan. Satu hal yang menjadi ciri khas utama sambatan adalah mereka tidak dibayar sama sekali, yang dilakukan warga hanyalah untuk menjaga kerukunan dan kepedulian sosial kepada tetangganya. Hal ini sudah menjadi tradisi dan warisan secara turun temurun di Desa Pojok.

Sambatan pembongkaran rumah
Sambatan pembongkaran rumah

Pengabdian kepada masyarakat yang saya lakukan di Desa Pojok yaitu dengan membantu ibu-ibu memasak makanan untuk warga desa yang melakukan sambatan atau gotong royong membongkar rumah milik Bapak Susanto. Pengabdian kepada masyarakat ini saya lakukan pada hari Rabu, 26 Mei 2021. Sambatan pembongkaran rumah dimulai pukul 07.00 WIB, dimana dilakukan "slametan panggang buceng" terlebih dahulu. Selamatan ini bertujuan agar proses pembongkaran rumah sampai dengan pembangunan kembali rumah warga berjalan dengan lancar. Untuk mempersiapkan makanan yang disajikan untuk selamatan, ibu-ibu sudah mulai membantu memasak sejak pukul 03.00 WIB. Jiwa kekeluargaan yang tertanam pada warga Desa Pojok memang sangatlah tinggi. Mereka rela meluangkan waktu dan tenaganya untuk membantu sesama tanpa mengharap upah maupun imbalan. Setelah acara selamatan selesai, dilanjut dengan sarapan bersama. Terdapat 35 warga desa yang membantu sambatan membongkar rumah, sedangkan ibu-ibu yang membantu memasak sebanyak 10 orang.

Ibu-ibu membantu memasak
Ibu-ibu membantu memasak

Dikarenakan banyak warga yang membantu dan saling gotong royong, pembongkaran rumah ini lebih cepat terselesaikan. Pukul 10.30 WIB rumah sudah selesai dibongkar. Ibu-ibu terus memasak dan mempersiapkan makanan untuk makan siang dan makanan yang akan dibagikan. Menu makan siang yang disajikan yaitu soto ayam. Dalam kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini, saya juga turut membantu membagikan makanan dari rumah ke rumah warga desa yang ikut bergotong royong. Sungguh pengalaman yang luar biasa, banyak sekali pengajaran yang dapat diambil dari kegiatan ini. Meskipun tidak dibayar, warga desa baik bapak-bapak maupun ibu-ibu tetap ikhlas membantu tetangganya. Suatu hal yang sulit untuk dijumpai di daerah perkotaan. Dengan adanya tradisi sambatan ini maka beban dari pemilik rumah yang akan memperbaiki rumahnya menjadi berkurang, dan tentunya pekerjaan lebih cepat terselesaikan. Tradisi sambatan yang telah turun temurun ini tetap harus dilestarikan sebagai bentuk kepedulian sosial terhadap warga sekitar. Karena kita pastinya juga akan membutuhkan bantuan tetangga apabila sedang mempunyai hajatan seperti halnya dengan pembangunan rumah.

Makan siang setelah sambatan
Makan siang setelah sambatan

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun