Mohon tunggu...
Asrini Hani
Asrini Hani Mohon Tunggu... karyawan swasta -

MENULISLAH ketika ingin menulis, untuk kebahagiaan ataupun kebermanfaatan

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Anies Baswedan: Dialah Sang Komandan

15 Januari 2014   22:54 Diperbarui: 24 Juni 2015   02:48 255
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
13898007451003209596

[caption id="attachment_306243" align="aligncenter" width="300" caption="ilustrasi: http://ensiklopediaindonesia.com"][/caption]

Di tengah maraknya bursa capres perpolitikan Indonesia, para calon berlomba-lomba mempromosikan dirinya. Dalam dunia marketing biasa disebut dengan istilah self publishing. Ini tidaklah salah, karena hak setiap orang untuk mencalonkan diri ataupun ikut andil dalam perpolitikan. Salah satu tokoh yang akan maju dalam bursa capres muncul nama tokoh Anies Baswedan.

Saya disini juga tidak sedang mempromosikan seorang Anies Baswedan, apalagi menjadi jurkam (juru kampanye) dari Anies Baswedan. Saya hanya ingin mengulas sisi lain dari rektor Paramadina ini. Saya merasa yang mewadahi suara masyarakat akar rumput setelah Jokowi, mungkin seorang tokoh bernama Anies Baswedan ini yang layak diperhitungkan untuk maju dalam kepemimpinan Indonesia nantinya.

Anies biasa ia disapa. Ia dilahirkan di Kuningan, Jawa Barat. Dan dibesarkan atau masa kecilnya banyak dihabiskan di Yogyakarta. Anies kecil dulu tinggal di kontrakan kakeknya yang bernama Abdul Rahman Baswedan. Dimana Kakeknya dulu ini juga termasuk tokoh pahlawan. Kontrakannya itu lebih tepatnya di daerah Jalan Dagen, belakang kawasan Malioboro. Sejak kecil Anies jiwa kepemimpinannya telah tumbuh, hal ini bisa terlihat ketika berumur sekitar 12 tahun telah menjadi inisiator dan ketua kelompok Klub Anak Berkembang. Dimana kegiatannya di bidang olahraga, semacam membuat sekolah sepakbola dan juga di bidang kesenian.

Ketika masa sekolahpun jiwa kepemimpinan juga diasah. Masa SMP dia pernah menjadi Ketua Panitia Tutup Tahun di SMP Negeri 5. Demikian juga ketika memasuki masa SMA, ia didapuk menjadi Wakil Ketua Organisasi Siswa Intra Sekolah. Dan di masa ini pula, lebih tepatnya menginjak kelas 2 SMA ia ingin menunjukkan dan merasakan pentingnya kompetensi di level Internasional. Pada saat itu ia lolos dan terpilih menjadi peserta AFS, program pertukaran pelajar siswa Indonesia-Amerika. Sekembalinya dari sana, ia berkesempatan untuk meningkatkan diri di bidang Jurnalistik. Dan resmi bergabung dengan TVRI Yogya, dimana pada saat itu membawanya untuk mewawancarai tokoh-tokoh Orde Baru.

Saya lebih tertarik untuk menyoroti Anies Baswedan ketika sekarang ia memfokuskan untuk bergerak dalam bidang pendidikan. Suami dari Feri Farhati Ganis ini menyeburkan diri di Yayasan Indonesia Mengajar yang ditelurkannya. Di Yayasan ini ia mendapuk generasi-generasi muda yang tidak hanya berkualitas secara kompetensi, namun juga berkualitas secara sosial. Generasi muda yang merelakan waktu setahunnya untuk mengabdi kepada masyarakat. Generasi muda terbaik ini memilih berangkat ke pelosok Indonesia. Dimana daerah-daerah pelosok ini kurang terjamah pendidikan yang berkualitas. Ini sungguhlah tugas yang mulia.

Indonesia Mengajar merupakan sebuah ikhtiar untuk ikut mencerdaskan bangsa. Ini merupakan visi dan misi dari Indonesia Mengajar. Kalau kita menilik visi dan misinya, Anies Baswedan mempunyai tujuan ataupun cita-cita yang luhur menjadikan Indonesia Mengajar sebagai salah satu wadah untuk mewujudkan cita-cita bangsa Indonesia yang tercantum dalam UUD 1945 alinea ke-4. Bisa dikatakan Indonesia Mengajar dijadikan wahana untuk melunasi sebuah janji kemerdekaan: mencerdaskan kehidupan bangsa.

Gerakan Indonesia Mengajar ini sendiri untuk angkatan I sudah dimulai sejak tanggal 10 November 2010. Dengan jumlah lima puluh satu Pengajar Muda. Memang hal ini diresmikan bertepatan dengan hari pahlawan. Mungkin pionir dari Gerakan Indonesia Mengajar ini mempunyai niat agar Hari Pahlawan dijadikan momentum yang tepat, agar nantinya para Pengajar Muda ini mempunyai semangat dan ruh seperti para pahlawan pendahulu.

Sebelum diterjunkan ke lapangan, para pengajar muda ini diberi bekal terlebih dahulu. Baik dalam segi sistem pembelajaran, cara berkomunikasi dengan siswa, cara berkomunikasi dengan tokoh adat setempat, penggambaran daerah lokasi yang akan dituju,dsb. Karena mayoritas merupakan daerah-daerah pelosok yang belum terjamah aliran listrik ataupun sinyal telepon seluler. Selain itu para Pengajar Muda ini, setelah nantinya membaur dengan penduduk setempat selama satu tahun, ketika daerah yang ditempati ada permasalahan mempunyai tanggung jawab sosial membantu untuk menyelesaikannya.

Saya merasa bahwa langkah kecil yang ditempuh Anies ini merupakan langkah kongkrit yang memberikan sumbangsih besar bagi negara ini. Tentunya sesuai dengan kapabilitas dia sebagai bagian dari anak bangsa yang memfokuskan dirinya pada dunia pendidikan.

Para Pengajar Muda ini seperti oase yang siap untuk berjuang bersama-sama bahwa visualisasi mimpi mereka akan menjadi kenyataan.Menebarkan kesabaran, menumbuhakan pengetahuan di seluruh pelosok negeri. Dan sampai saat ini angkatan Pengajar Muda sudah sampai angkatanVIII.

Ayah dari Mutiara Annisa, Mikail Azizi, Kaisar Hakam dan Ismail Hakim ini, beranggapan bahwa harus lebih banyak orang bersih, berintegritas, kompeten yang berada di pemerintahan dan politik. Maka dari itu ia terpanggil untuk terjun dalam perpolitikan di kancah politik 2014. Hal ini ia mulai dengan ikut andil dalam Undangan Konvensi yang diadakan sebuah partai. Lalu kenapa harus partai X? Kenapa tidak dari partai A atau Z? bukankah partai X saat ini terjadi krisis kader karena diduga banyak kader yang korup, bermasalah dan cenderung tidak populer? Karena ia beranggapan bahwa yang dicari bukanlah populer ataupun tidak tidak populer. Tapi langkah ini ia ambil berdasarkan pikiran dan keyakinan secara menyeluruh. Bahwa ia merasa ikut bertanggung jawab atas arah perjalanan bangsa ini. Untuk berbuat lebih untuk bangsa ini.

Jadi negara ini akan maju ditentukan salah satunya dari para pengambil kebijakan. Para pemimpin yang mengurusi pangan, kesehatan, pendidikan, perumahan, transportasi, insfrastruktur adalah mereka-mereka yang bijak dan faham dengan kondisi masyarakat bawah. Dan penentu kebijakan ini adalah mereka-mereka yang berada di wilayah politik.

Saya pribadi sebenarnya juga kurang sreg ketika seorang Anies Baswedan bergabung atau mengikuti undangan dengan partai yang saat ini sedang terjadi krisis kepercayaan. Tapi saya pribadi hanya melihat dari bukti nyata yang saat ini tengah ia perjuangkan melalui Indonesia Mengajar. Dan sepak terjangnya dari segi kepemimpinan yang menurut saya tidak diragukan lagi serta panggilannya untuk menjadikan Indonesia lebih baik lagi.

rujukan: www.indonesiamengajar.org

www.ensiklopediaindonesia.com/tokoh/tokoh-akademisi

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun