Mohon tunggu...
Asrini Indah
Asrini Indah Mohon Tunggu... -

Karena keyakinan lahirnya dari hati

Selanjutnya

Tutup

Edukasi

Saat Pembantu RT Berevolusi

6 April 2013   09:04 Diperbarui: 24 Juni 2015   15:38 1111
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

tidak ada pembantu atau pengasuh anak cape badan, ada mereka malah cape hati :) memang lebih baik selama masih bisa dikerjakan sendiri, yah sendiri saja. Salah benarnya setidaknya kita tahu dimana letak kesalahan atau kebenarannya.

Perubahan Jaman

Ternyata sama saja di Eropa atau Indonesia. Jaman sekarang susah cari pembantu dan pengasuh anak yang mau benar-benar bekerja, yang mau kerja sih sebenernya banyak tapi yang jujur itu loh yang susah.

Kebanyakan orang di kampung atau daerah lainpun juga sudah mulai malas mau ke Jakarta untuk kerja. Mereka lebih pilih tinggal di daerahnya karena lebih dekat sanak saudara, katanya.

Malahan terkadang mereka lebih memilih  mengadu nasib ke luar negri mungkin ya karena gaji lebih tinggi, pengalaman lebih luas atau sekedar ikut-ikutan … entah lah.

Ada juga yang lebih senang menjadi buruh pabrik mungkin karena gaji standar buruh sekarang juga sudah lebih tinggi kurang lebih 2 juta rupiah. Jam kerja juga lebih pasti. Sementara gaji pembantu atau babysitter minimum masih berkisar 1 juta rupiah per bulan dan sabtu minggu terkadang masih harus bekerja.

Teknologi juga berpengaruh, semakin mudahnya memiliki telepon genggam, akses internet bahkan hingga facebook.  Pembantu atau babysitter jaman sekarang tidak bisa lepas dari handphone. Waktu saya bawa anak jalan-jalan sore di komplek rumah menuju taman bermain, terlihat kebanyakan pengasuh anak asik sambil telefonan, sementara anak asuhnya ada yang sebentar lagi mau jatuh dari arena bermain. Pengasuhnya? Ya cuek saja…kan lagi asik sama handphone , miris bukan.

Banyaknya lapangan pekerjaan yang tersedia di pasaran, mereka yang muda jaman sekarang juga tidak takut kalau kehilangan atau dipecat karena masih banyak pekerjaan lain yang bisa mereka kerjakan.

Jadi jasa pengasuh anak/pembantu di Indonesia saat ini sudah mulai berevolusi dan hampir mirip dengan di negara maju lainnya. Karena selain makin luasnya peluang untuk merubah nasib,dibandingkan jaman dulu, sekarang sudah banyak yang berpendidikan, minimal lulusan SMA yang paling sering saya temui. Malah pembantu tetangga saya sudah S1 dan saat ini sudah tidak bekerja di rumah majikannya melainkan dosen di kampungnya… oke banget kan?

Tapi tidak sedikit juga yang lebih mengutamakan gaji ketimbang profesionalitas kerja, mengaku sudah mendapat pelatihan dari yayasan ternyata buat susu bayi atau bersih bersih aja tidak bisa.

Seluruh hal di atas bisa jadi indikator kemajuan bangsa kita ga ya? atau mungkin bukti sulitnya mendapat orang yang tulus bekerja?

Menjaga Anak itu luar biasa …

1365211591261112646
1365211591261112646
Kita saja Ibu kadang kesal sama anak, apalagi saat tingkat kesabaran kita menurun karena sudah letih beraktifitas. Maksudnya, yang ada hubungan darah saja masih bisa kesal apalagi mereka yang tidak ada kaitan atau hub. Keluarga misalkan.

Sering dapat saran jangan cari babysitter yang bermasalah dengan suaminya, karena mereka bisa melampiaskan kekesalan pada anak asuhnya. Jangankan sang pengasuh, kapan hari di televisi malah ibunya sendiri yang menyiksa anaknya karena kesal sama suami, lebih parah karena si anak sampai menghembuskan nafas terakhirnya :(

Nah… dari pengalaman dan pengamatan, biasanya pengasuh anak yang tidak bermasalah sama suaminya itu jam kerjanya terbatas, semisal sabtu minggu pulang. Malah ada yang cuma sebentar kerja kemudian berhenti karena suaminya lebih memilih dia mengurus anaknya sendiri daripada anak orang lain.

Belum kalau anak nakal, nangis, rewel apalagi sakit. Pengasuh anak bisa kerja dari jam 7 pagi – 7 malam atau bahkan lebih? , senin-minggu. Kalau gaji hanya sekitar 1 juta ya siapa juga yang tidak akan berfikir dua kali? Keletihan tidak sebanding dengan pemasukan :)

Ketika yayasan meragukan

Karena akan seperti mencari jarum dalam tumpukan jerami. Pada umumnya dari cerita orang-orang terdekat dan pengalaman, yayasan itu selalu punya trik untuk mengelabui kita yang dengan niat baik mau mencari asisten rumah tangga dan dalam keadaan kepepet. Beragam modus serta permintaan yayasan mulai dari kecurangan administrasi, minta ac di kamar tidur sampai yang sengaja membuat drama agar bisa dicarikan pengganti dengan biaya lebih tinggi.

Tapi mungkin ada juga yang cocok… cuma belum pernah dengar saja ceritanya sih mereka yang diambil dari yayasan bisa mengabdi puluhan tahun pada keluarga tempat dia bekerja.

Yah…memang semua itu nasib-nasiban.

Bagaimana dengan TPA (Tempat Penitipan Anak)?

Umumnya hal yang lumrah di Eropa untuk menitipkan anak di TPA saat Ibu bekerja karena memang pola hidup di luar negeri adalah mengerjakan segala sesuatunya dengan sendiri. Anak-anak pun dituntut untuk bisa lebih mandiri dan cara mendidik kultur barat berbeda dengan kita di timur.

TPA di Indonesia sendiri terlihat seperti baru berkembang, sudah mulai banyak di Jakarta namun belum di daerah-daerah.  Mungkin karena ini bukan pola hidup kita, kalau Ibu bekerja ya titipkan anak pada neneknya atau tante misal. Kalaupun ada yang menitip di TPA mungkin alasannya karena jika terjadi sesuatu pada sang anak, maka Ibu bisa menuntut perusahaan tersebut sementara kalau hanya dirawat babysitter/pembantu sulit untuk dapat menempuh jalur hukum.

Namun apa bedanya TPA dan pengasuh anak yang berasal dari yayasan toh keduanya sama-sama sebuah badan tapi yang menjadi point penting di sini adalah seberapa kuat hukum berperan di negara ini? Sudah banyak contohnya yang korupsi bisa lolos hukum sementara yang mencuri ayam dikenai hukuman.

Jadi semua itu terserah si Ibu, TPA atau yayasan. Nasib juga ikut berperan.

Ibu berhati besar

Selain faktor genetik, sifat anak juga akan dipengaruhi oleh sang pengasuh. Beruntung bagi yang bisa diasuh oleh Ibunya sendiri, neneknya atau mereka yang memiliki sifat sabar terhadap anak. Bagaimana dengan yang tidak?

Sering kali mendengar jaman sekarang Ibu berhenti bekerja demi mengurus anaknya. Memang titipan Tuhan itu kan anak…bukan pekerjaan : ) jadi Ibu yang seperti itu janganlah disepelekan karena merupakan suatu pilihan serta keputusan besar untuk bisa mengabdi sepenuhnya pada keluarga karena tidak semua suami mampu menafkahi istrinya. Dan ada Ibu yang memang harus menghidupi keluarganya sendiri jadi saya selalu salut dengan sosok Ibu seperti ini.

Allah memberikan jalan hidup, kita memilihnya. Selalu ada baik dan buruk. Sekalipun Ibu bekerja, anak-anak mereka tetap bisa tumbuh dengan baik. Tapi perlu kita ingat bersama bahwa anak yang kekurangan kasih sayang serta perhatian terutama dalam masa pertumbuhan akan berdampak pada kejiawaannya saat dia menjadi manusia dewasa.

Pekerjaan itu banyak, ada full-time ada part-time. Kalau anak sudah mulai bisa bicara menggunakan kalimat baik dan benar mungkin Ibu sudah lebih lega untuk memilih dunia pekerjaan lagi. Setidaknya si anak sudah mulai bisa membedakan mana yang benar dan salah. Sehingga saat diperlakukan semena-mena oleh pengasuh atau orang sekitarnya, dia sudah bisa berbagi dengan kita.

Salut untuk seluruh Ibu di dunia yang mengurus buah hati mereka, membesarkan dengan penuh kasih sayang. Salut untuk Ayah juga yang selalu mendukung Ibu dan menjaga anak-anak mereka. Dan marilah kita hargai mereka, para asisten rumah tangga kita yang sudah mau bekerja dengan jujur, tulus dan bertanggung jawab.

Menjadi orang tua itu suatu berkah dan tanggung jawab dunia akhirat yang sangat besar. Semoga kita termasuk dalam orang-orang yang sabar serta selalu dikaruniakan kesehatan dan keselamatan. Aaaamin.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Edukasi Selengkapnya
Lihat Edukasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun