Mohon tunggu...
Asrini Indah
Asrini Indah Mohon Tunggu... -

Karena keyakinan lahirnya dari hati

Selanjutnya

Tutup

Edukasi Artikel Utama

Menyapih Anak di Usia 2 Tahun

15 Juni 2013   11:03 Diperbarui: 4 April 2017   18:29 361
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1371275567657322147

[caption id="attachment_267970" align="aligncenter" width="480" caption="Ilustrasi/ Admin (shutterstock)"][/caption] Berdasarkan pengalaman pribadi dan juga apa yang dirasakan oleh saudara serta teman-teman di sekitar saya. Menyapih atau menghentikan pemberian ASI saat anak sudah berusia 2 tahun tidaklah mudah. Namun bukan berarti tidak memungkinkan. Berbagai cara dilakukan ibu agar si buah hati dapat berhenti menyusu setelah MP-ASI. Dikarenakan tidak semua bayi mau ngempeng atau suka dot maka kebiasaan menyusu akan terlihat penuh tantangan saat harus dihentikan. Saran setiap orang berbeda begitu pula dengan reaksi anak. Inilah jalan yang saya tempuh untuk bisa melakukannya. Mitos atau anjuran belum tentu manjur Suatu hari saya mendapat anjuran untuk mengoleskan empedu ikan karena dengan teknik tersebut seorang ibu akhirnya berhasil menyapih sang anak yang saat itu hampir berusia 3 tahun. Teknik ini terpaksa dilakukan oleh ibunya karena si anak tak lagi menghiraukan pedasnya sambal botol hingga pada akhirnya ia merasakan pahitnya si empedu ikan. Terus terang, membayangkan empedu ikannya sendiri saja saya tidak bisa apalagi kalau harus mempraktekkannya. Di lain kesempatan, “Tinggal saja anaknya Bu beberapa hari supaya lupa dengan ASI”. Saya pribadi tidak ada kesempatan untuk meninggalkan anak saya, kalaupun ada pasti hati ini berat. Tidak hanya kepada si anak namun juga berat kepada orang yang akan dititipkan, mengingat anak saya yang saat itu sama sekali tidak bisa tidur tanpa dikeloni dengan ASI. Akhirnya teknik pergi beberapa hari tidak saya lakukan. Sedikit menggelitik, saran membawa telur bebek ke kamar kecil sambil berniat agar si kecil tidak mau lagi menyusu sempat disarankan oleh seseorang. Ingat kata ini: Proses Terkadang kita sebagai orang tua lepas kesabaran, mau semuanya serba cepat apalagi hidup di jaman modern seperti ini. Tapi anak bukanlah benda elektronik yang sudah dicipta sedemikian rupa agar bisa mengikuti pola hidup kita. Dalam menjalani proses penyapihan ini, ada rasa sedih yang mendalam. Tidak ada yang memalukan, tidak ada yang menakutkan karena kesedihan tersebut merupakan bentuk konkrit cinta kasih sebagai seorang ibu. Bagian dari proses membiarkan anak untuk bisa lebih mandiri mengingat usianya sudah mencapai 2 tahun. Jadi bagi para ibu yang berniat menyapih anaknya sebelum mempraktekkan sebuah anjuran atau saran, maka ingatlah kata proses ini yang memerlukan kesabaran dan ketekunan. Sapih secara bertahap dan perlahan Demi mengurangi keletihan saat menjalani proses penyapihan ini maka saya melakukannya dalam beberapa tahap. Saat itu anak saya berusia hampir 2 tahun. Dimulai dari menyapih saat tidur siang saja karena siang hari lebih mudah mengalihkan perhatian si anak ketimbang di malam hari. Selain itu, energi yang kita miliki juga masih lebih memungkinkan untuk mengatasi kerewelan anak. Penyapihan tahap awal ini berjalan dua bulan lamanya hingga akhirnya si kecil terbiasa tidur siang tanpa harus dikeloni dengan ASI dan tertidur dalam gendongan saya atau sambil menonton lagu anak-anak. Tidak lupa di sela-sela proses ini pastikan asupan gizi anak juga terjaga dan ia tidak merasa kelaparan atau kehausan. Tidak perlu empedu ikan atau telur bebek yang pernah terlintas di kepala dan terkadang membuat saya tersenyum mengingatnya. Anak saya tidak suka bau minyak telon saat dia sudah memasuki usia 1.5tahun, jadi cukup mengoleskan minyak tersebut di sekitar baju yang saya kenakan dan tentunya dengan tekad yang bulat untuk menyapih, perlahan anak saya bisa mengerti. Sosialisasi Tidak hanya orang tua yang bersosialisasi, anak-anak yang nantinya akan tumbuh menjadi manusia dewasa ini juga perlu bersosialisasi di usia dini. Mereka perlu berinteraksi dengan orang lain dan anak-anak lainnya. Proses penyapihan tersebut terasa lebih mudah saat anak saya masuk ke taman bermain seusianya (2 – 3 tahun) atau dikenal juga dengan istilah day care. Karena di sekolah tersebut ia diajarkan untuk tidur siang bersama teman-teman lainnya. Menghabiskan waktu setengah hari di sekolahnya tanpa orang tua membuat anak saya menjadi lebih mandiri dan belajar hal baru. Ditambah sebelumnya sudah dibiasakan tidur siang tanpa harus berikan susu maka saat tidur siang bersama di sekolah, tidak ada masalah sama sekali. Menyapih sepenuhnya Tentunya anak harus dalam kondisi sehat saat akan disapih sepenuhnya karena beberapa malam pertama ia akan menangis hingga larut dan akhirnya tertidur akibat lelah menangis. Akan tetapi dari pengalaman saya, hal ini hanya berlangsung selama 2 hari saja. Ia tidak menangis hingga berlarut-larut atau berkepanjangan. Penghantar tidur saat ini bukanlah menyusu melainkan dengan dibacakan buku cerita atau terkadang cukup diberitahukan untuk tidur. Kalaupun ia terbangun kembali di tengah malam maka ia akan kembali tidur dengan sendirinya, menginginkan air putih atau saat sedang sakit ia akan minta untuk digendong sesaat. Jangan lupa libatkan si ayah dalam proses penyapihan ini agar si kecil mengerti bahwa kasih sayang itu tetap ada dari kedua orang tua. Berfikir positif Ibu harus berfikir positif untuk mengalirkan energi yang positif juga bagi anak. Apapun anjuran ataupun teknik menyapih yang akan ibu pilih maka pilihlah yang sesuai hati dan lakukan dengan kasih sayang. Menyusui adalah hak absolut bagi seorang ibu, ikatan emosional yang mendalam. Tahun 2001 sebuah penelitian oleh Pediatric Clinics of North American mengatakan bahwa “ASI masih boleh diberikan pada anak usia 2 tahun karena masih mengandung: 43% protein, 36% kalsium, 75% vitamin A, dan 60% vitamin C “ seperti yang telah disebutkan di sini (klik).

Mohon tunggu...

Lihat Konten Edukasi Selengkapnya
Lihat Edukasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun