Kemarin sore tgl 29 November 2009 jam 18.30 saya balik ke Jakarta naik kereta eksekutif Argo Gde dari Bandung, harga tiket cukup bersaing yaitu 60.000 rupiah sama dengan harga tiket untuk member di travel Xtrans. Memang pada awal minggu saya kadang naik travel kadang naik kereta tergantung peluang untuk mendapat tempat duduk dan tergantung mood juga.
Beberapa bulan lalu saya juga naik Argo Gde dan melihat ada perubahan kecil didalam gerbong penumpang yaitu; dinding dekat pintu keluar masuk kabin ada tertulis nama Duty Manager; sekalian dengan nomor telepon yang bisa dihubungi kalau ada keluhan. Demikian pula layar televisi model lama sudah diganti dengan layar teve baru yang berpermukaan datar, kalau yang lalu nama duty manager jelas tertera maka kemarin itu nama duty manager sudah kosong alias tidak diisi, kalau yang lalu layar TV masih bisa menghasilkan gambar yang bagus maka kali ini gambar monitor jadi kadang ada kadang tidak tapi yang ada hanya tulisan kecil menyatakan tidak menerima sinyal.
Waktu itu saya duduk di gerbong no 3 tempat duduk deretan 6 disebelah saya duduk seorang ibu muda, udara dalam kereta cukup dingin karena rupanya air cond berjalan cukup baik, saya sudah siap dengan camilan cokelat dan minuman kecil, ibu muda disamping saya sudah siap dengan brownis kukus masih dalam dus, setelah kereta berjalan kira-kira 15 menit maka awak kereta berseragam orange dan biru muda mulai berjalan menawarkan makanan yang tersedia di kereta, Ibu yang duduk disamping saya rupanya Cuma memesan the manis hangat. Kereta pun berjalan mulus beberapa saat kemudian awak kereta mulai membagikan makanan sesuai pesanan penumpang, saya sendiri tidak memesan apa-apa, pesanan teh hangat tetangga duduk saya belum diberikan, kereta masih melaju dan setiap ada awak yang lewat tetangga duduk saya masih menanyakan pesanannya tapi dijawab bahwa air hangat belum tersedia. Setelah kira-kira sejam kemudian awak kereta mulai menawarkan lagi makanan berupa mi kuah yang masih panas-panas ngepul, ibu muda yang tadi memesan the hangat kembali menanyakan pesanan teh manis namun sudah tidak diperdulikan lagi, sebenarnya saya ingin menegur keras para awak kereta tapi saya ingat tadi sepintas lalu ada running banners di TV tentang nomor yang perlu dihubungi jika ada keluhan tapi setelah saya melihat kearah monitor TV didepan sudah mulai tidak bersinar lagi. Karena tetangga duduk saya tadi diam saja bermain dengan black berry miliknya maka saya juga diam dan memperhatikan perilaku awak kereta sudah mulai mengumpulkan bantal kecil tapi masih tetap tidak memperhatikan pesanan teh- hangat penumpang yang duduk disamping saya itu.
Akhirnya keretapun sampai dipemberhentian terakhir yaitu stasiun Gambir. Pesanan teh-hangat pesanan ibu muda yang duduk disampingku tak pernah dating.
Ketidak konsistenan pelayanan di negeri kita sudah menjadi ciri khas termasuk ketidak konsistenan dalam banyak hal yang ternyata merugikan diri kita sendiri.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H