Waktu itu kami sedang dalam perjalanan dari Erigavo menuju Hargeysa, kami naik pesawat kecil bertiga dengan pilot, rencana mau mendarat di lapangan terbang di kota Hargeysa, tetapi dalam perjalanan kami dapat perintah untuk turun di salah satu air strip kecil dan mendapat instruksi agar menunggu angkutan darat, pilotpun mendaratkan pesawat kemudian meninggalkan kami di airstrip itu, kami sudah merasa agak sedikit was-was, setelah menunggu beberapa lama kemudian datanglah mobil yang ditugaskan mengangkut kami ke Hargeysa, perjalanan darat sudah pasti akan melalui beberapa check point dari klan yang berbeda ada yang mau menerima orang asing dan ada yang bersikap bermusuhan, baru masuk pada check point pertama dari airstrip tiba-tiba kami melihat ada checkpoint baru, biasanya diwilayah sekitar airport ini tak ada checkpoint karena itu kami cukup berhati-hati, check point dijaga oleh kelompok pemuda yang kelihatan tak mau berkompromi, seorang dari mereka berhenti didepan mobil dan mengarahkan senjata ke mobil kami, dua dari kanan kiri juga demikian, sopir kami mencoba berkomunikasi dalam bahasa lokal, tapi mereka tidak menjawab milisi menyuruh saya dan kawan untuk keluar dan kamipun digeledah, waktu itu dia melihat jaket hijau saya di kursi depan, seseorang dari milisi memegang jaket itu dan bertanya "halal...? " saya bilang saja halal, tas kami juga di bongkar kami tahu mereka mencari uang cash dan makanan, kebetulan kamera kecil kawan saya ditemukan dan langsung diambil tanpa bertanya halal atau tidak ( salah satu penyebab) sehingga ceritera ini tak bergambar ..he..he..he. setelah kamera dan jaket diambil mereka menyuruh kami naik mobil dan selamat jalan.....yang penting selamat, ada hal yang istimewa setiap kami ditanya oleh milisi atau orang asli Somalia, ketika kami memberi tahu bahwa kami orang Indonesia maka kelihatan mereka tahu dan rasa permusuhan yang ada akan berkurang. Kamipun melanjutkan perjalanan setelah kira-kira setengah jam mungkin berjarak 30 Km dar check point pertama tadi, kamipun masuk ke check point kedua, check-point ini lebih lengkap karena milisinya cukup banyak, ada 2 atau 3Â mobil dengan senjata mesin dan yang paling penting, ketika saya mengucapkan salam, pemimpin mereka keluar dan membalas salam dan berjabat tangan, sopir kami kemudian menjelaskan bahwa ada milisi yang merampok kami diwilayah sekitar airstrip, saya juga memberi tahukan bahwa jaket tentara saya diambil oleh milisi. Pemimpin milisi tadi tiba-tiba meniup sumpritan dan memerintahkan anak buahnya naik kemobil perang mereka, dia berjanji akan memeriksa lokasi tempat kami dirampok. Kamipun melanjutkan perjalanan, sopir menjelaskan bahwa milisi checkpoint kedua akan menyerbu checkpoint pertama. Setelah tiba di home base Hargeysa kamipun melapor bahwa kami barusan dirampok, sayapun masuk kamar dan coba bercermin............masya Allah wajah yang ada dalam cermin itu hampir tak saya kenali lagi, hitam kurus,m uka berdebu, rambut gondrong dan juga berdebu.....panteslah kalau dirampok soalnya mukaku juga mirip rampok kalee?
Kami diinapkan di hotel setempat yang sekaligus menjadi kantor, pagi keesokan harinya saya mendengar dari seseorang bahwa orang yang mengambil jaketku di checkpoint terbunuh pada waktu diserang oleh milisi lain............ada rasa berdosa dalam hati saya karena merasa ikut melaporkan keberadaan checkpoint satu. (catatan kejadian tahun 1992)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H