Mengangkat perawat bukanlah hal yang mudah dalam suasana perang saudara, pertama harus dirundingkan dulu dengan para tetua dari setiap klan, tanyakan apakah ada anggota klan yang punya ijazah perawat atau registered nurse, jika mengangkat perawat atau pegawai dari hanya satu atau dua klan saja padahal dikampung yang dipilih ada lebih dari dua klan maka waspadalah.......anda bisa diincar peluru. Setiap pengangkatan pegawai haruslah dibicarakan dalam rapat terbuka dengan para tetua klan atau disebut "community elders" para orang tua inilah yang menentukan siapa yang bisa di rekrut dengan pertimbangan keseimbangan yaitu setiap klan dapat terwakili. Perawat yang menganggur bisa ditemukan disetiap kampung terutama perawat wanita, tapi perawat pria dan dokter pada umumnya sudah kabur ke negara lain. Negosiasi dapat juga berdasar penggunaan property misalnya rumah si A dari klan anu harus di sewa untuk kegiatan pelayanan kesehatan karena pemilik rumah berasal dari klan yang tidak di wakili dalam rekrutmen.
Rapat dengan para tetua klan biasanya dilakukan oleh team leader kami dan saya hanya ikut sekali-sekali, dalam rapat tidak ada yang membawa senjata, umumnya hanya bawa tongkat saja.
Perawat dan pembantu perawat yang sudah dipilih dan disetujui oleh para pihak segera kami latih dalam program immunisasi, mulai dari pencatatan, pelaporan, ketrampilan menyuntik dan memberi imunisasi, menghitung kebutuhan vaksin dll. semua pelatihan memakai modul yang kami bawa dari indonesia tapi telah di terjemahkan kedalam bahasa Inggeris, hampir semua orang Somalia bisa berbahasa Inggeris yaitu mulai dari pemilik warung sampai kepada komandan milisi.
Rekrutmen dan penggajian secara resmi melalui LSM setempat, kami Cuma melihat dan melatih tenaga yang sudah ditunjuk. Orang Somalia cukup serius dalam bekerja terutama kaum wanita, mereka terbuka dan mudah saling kritik sehingga group kerja mudah dibentuk dan nyaris tidak ada konflik atas kelompok kerja yang kami bentuk.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H