Perbedaan pendangan antara pejabat birokrasi sering kali berlawanan dengan pakar pekerja tehnis sekali lagi terjadi di salah satu Negara di Timur Tengah akibat MERS Co-V, hal ini mengingatkan kembali kejadian serupa yang pernah terjadi di Indonesia beberapa waktu yang lalu.
Seorang dokter yang bekerja disalah satu rumah sakit di Saudi berinsiatif mengirim sample (contoh darah) dari pasien yang dicurigai menderita penyakit flu berat (SARS), sample darah kemudian diuji di salah satu laboratorium di luar negri dan hasilnya diumumkan secara luas bahwa ditemukan kasus MERS pada manusia di Saudi. Dokter yang mengirimkan sample dari Saudi kemudian dipecat. (dikutip dari Wikipedia).
Persoalan pengiriman sample darah ke luar negri untuk  mendiagnosa penyakit yang rumit akan selalu menjadi masalah akibat adanya perbedaan pandangan dari kedua pihak diatas, pekerja tehnis ingin agar diagnose pasien dapat segera diketahui untuk mempermudah pengobatan dan kesembuhan pasiennya, sedangkan birokrat memikirkan jangan sampai sampel darah dari negri mereka dijadikan paten oleh tenaga ahli dari perusahaan di luar negri.
Keterbatasan alat dan teknologi selalu menjadi hambatan sehingga sampel darah harus dikirim dari Negara yang belum maju dalam tehnologi medis ke Negara lain yang sudah maju tehnologi medisnya.
Masalah sharing sampel menjadi diskusi yang menarik di pertemuan para petinggi di Badan Kesehatan Dunia (WHO) baru-baru ini.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H