Mohon tunggu...
Muhammad Asri Amin
Muhammad Asri Amin Mohon Tunggu... Freelance consultant -

Dokter umum, pemerhati epidemiologi penyakit menular dan komunikasi kesehatan.

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Somalia Check-Point 2, Mogadishu

16 Maret 2010   02:14 Diperbarui: 26 Juni 2015   17:24 163
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Kami berangkat pagi sekali dari Nairobi dengan menggunakan pesawat charter PBB umumnya pesawat yang di charter oleh PBB berwarna putih dengan diberi label tulisan biru Cuma dua hurup yaitu UN (maksudnya United Nation), sebelum mendarat di kota Mogadishu pesawat berputar-putar diatas kawasan bandara Mogadishu, Nampak sekali suasana airport yang penuh dengan kegiatan militer, pesawat angkut militer mulai dari Galaxy, Antonov, helikopter bersenjata, tank di sekitar kawasan bandara melihat situasi tersebut hati ini jadi bergetar .....wah benar-benar suasana perang nech, seorang teman berkomentar dan bertanya ke saya katanya; mau ngapain kita kesini apa jadinya nanti ? waktu itu saya jawab saja; paling banter mati..? what ? kawan jadi melotot ke saya..... tapi sebentar saja karena sesudah itu beliau diam.

Mendarat di bandara Mogadishu sangat terasa panasnya udara disana rata-rata 40 derajat Celcius. Suasana bandara sangat sibuk dengan kegiatan tentara menaikkan barang maupun menurunkan barang, kelompok patroli selalu ada empat orang, ada juga personil tentara yang sedang berlatih maupun yang lagi jogging dibawah panas matahari pagi. Panas berdebu dan susana perang itulah sebagai kesan pertama. Tak ada ruang tunggu sama sekali, yang ada adalah shelter semacam garasi mobil yang terbuka, beratap seng dan tidak ada tempat duduk. Ada semacam kontainer dijadikan kantor darurat tapi sepertinya khusus untuk petugas airport. Kami masing-masing menunggui barang-barang yang di bongkar oleh kuli dan silahkan memilih barang atau koper masing-masing, tak ada label barang. Tak jauh dari air port terlihat banyak tenda-tenda pengungsi yang berwarna biru maupun berwarna putih ke coklatan.

Kami dijemput oleh angkutan carter yang akan membawa kami ke kantor pusat operasi PBB, setiap mobil di awaki oleh sopir dan seorang pengawal bersenjata AK berpakaian preman duduk di samping sopir dan atau di belakang sopir. Hampir semua mobil yang di charter oleh PBB adalah mobil land cruiser dan sejenisnya. Nyata sekali disetiap mobil banyak bolong-bolong bekas peluru apakah di badan mobil atau pada kaca mobil. Mobilnya warna warni tapi di beri sticker UN dan semua dilengkapi dengan bendera UN.

Sepanjang jalan terlihat puing-puing rumah yang hancur akibat perang

Kantor pusat operasi PBB adalah komplek beberapa rumah besar dimana hampir seluruh staf UN yang baru masuk ke Mogadishu harus mendaftarkan diri, sebelum memasuki halaman kantor kami harus melewati pintu gerbang dari plat besi tertutup dilengkapi dengan lubang pengintip, pintu dijaga oleh security guard. Sebelum masuk harus punya keterangan yang jelas dan ada pengenal yang valid barulah boleh masuk.

Sesampai di pusat operasi UN kami harus mendaftar pada personil logistik yang mengatur akomodasi ruangan dan karcis makan kalau mau makan di kantor itu, waktu itu team indonesia ditempatkan disatu rumah kontrakan tidak terlalu jauh dari psat operasi, rumah di kawal oleh beberapa regu tentara Pakistan, dari kantor pusat operasi ke rumah kontrakan kira-kira satu atau dua kilometer tapi suasana tegang terlihat jelas, mulai dari tentara Amerika yang berpatroli dengan jarak yang dekat, setiap sudut jalan ada tank yang dikelilingi oleh kawat duri type silet dan diatas terlihat helikopter bersenjata terbang rendah, tidak nampak ada toko atau restoran yang buka orang-orang setempat jarang dijumpai, di beberapa tempat ada kedai-kedai kecil (satu meja) yang berjualan rokok dan biscuit. Dari jauh juga terlihat tenda-tenda pengungsi disamping itu kota terlihat berantakan dengan sampah dimana-mana, bahkan banyak kantong plastic yang nyangkut diatas pohon, terlihat pula banyak sisa-sisa gedung yang hancur akibat perang, bekas-bekas peluru besar kecil terlihat nyata di tembok-tembok rumah yang kami lewati.

Sebelum kami dikirim masuk ke Mogadishu memang ada briefing yang selalu saya ingat yaitu; keep low profile artinya kepala harus selalu rendah sedapat mungkin lebih rendah dari jendela, jangan clangak clinguk di jendela yang secara langsung terlihat dari luar, kalau bermobil juga begitu jangan mengangkat kepala tinggi-tinggi jadi agak sedikit ke bawah, kenapa...? agar tidak mudah kena tembak

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun