Mohon tunggu...
Muhammad Asri Amin
Muhammad Asri Amin Mohon Tunggu... Freelance consultant -

Dokter umum, pemerhati epidemiologi penyakit menular dan komunikasi kesehatan.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Dog Whispherer versus Dog eaters

4 Mei 2014   15:52 Diperbarui: 23 Juni 2015   22:53 45
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Seorang penakluk sekaligus pelatih segala jenis anjing yang sangat terkenal dan selalu tampil dilayar kaca baru-baru ini berkunjung ke Indonesia.  profilnya dimuat diharian Kompas hari sabtu kemarin. Membaca artikel tentang beliau mengingatkan  saya pada salah satu kabupaten di Sulawesi selatan, apa hubungannya …? Hubungannya ada …yaitu mengenai anjing atau dog. Masyarakat di toraja sulsel umumnya memelihara anjing (80%) rumah memelihara anjing, anjung yang dipelihara oleh satu kepala keluarga bukan seekor tapi bisa mencapai beberapa ekor.  Cara pemeliharaannya kebanyakan dengan cara yang sederhana, anjing hanya diberi makanan seadanya dan dibiarkan bebas berkeliaran disekitar rumah maupun berkelana disekitar tetangga,  sebagian besar anjing tidak diberi nama, sewaktu saya menanyakan apakah anjing di sini diberi nama? Maka kawan-kawan ditoraja merasa pertanyaan saya cukup lucu dan bahkan ada yang tertawa. Rupanya hubungan antara anjing dan pemiliknya belum terlalu akrab.

Sebagian orang di Toraja senang menyantap daging anjing, bahkan stok daging anjing harus didatangkan dari luar,  anjing-anjing yang dijual ke Toraja tentu saja berasal dari hasil penangkapan illegal dikabupaten lain diluar Toraja.

Masalah yang dihadapi oleh orang Toraja adalah tingginya angka gigitan anjing pada manusia, jadi rupanya anjing di Toraja diam-diam benci juga sama orang Toraja hampr 800 kejadian orang terkena gigitan anjing, ini terjadi ditahun 2013. Perlu diketahui bahwa daerah tersebut adalah daerah endemis penyakit gila anjing (rabies). Adapun hasil pemeriksaan laboratorium setempat menunjukkan bahwa 80% dari specimen anjing yang diperiksa positif mengidap rabies, kit semua tahu bahwa virus rabies berkembang biak pada kelenjar liur anjing. Sehingga mereka yang tergigit atau terkena liur anjing dapat terkena rabies.

Penerapan program one health yang dilakukan oleh dinas kesehatan dan dinas peternakan diharapkan dapat memberantas rabies didaerah itu, semoga.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun