Sekarang sudah bulan April, menjelang bulan Juli dimana para orang tua sedang sibuk mencari sekolah buat anak-anaknya. Baik yang akan masuk sekolah dasar, sekolah menengah, sekolah menengah atas maupun perguruan tinggi. Â Sepuluh atau duapuluh tahun yang lalu, memilih sekolah tidaklah serumit sekarang. Dulu jumlah sekolah terbatas, akses terhadap perkembangan percepatan dunia pendidikan juga terbatas sehingga masyarakat tidak terlalu punya banyak pilihan untuk memasukkan anak-anaknya ke sekolah.
Hari ini, lain ceritanya. Jumlah sekolah berkembang pesat, baik negeri maupun swasta. Percepatan perkembangan dunia pendidikan juga tak kalah lajunya. Inovasi metode pendidikan muncul bertubi-tubi, begitu juga dengan riset-riset perkembangan anak. Â Industri pendidikan juga semakin gencar memberikan tawaran-tawaran layanan pendidikan paling mutakhir.
Namun pertanyaan mendasarnya adalah, sebenarnya apa sih yang dibutuhkan anak dalam proses menempuh pendidikannya ? Ini pertanyaan yang harus bisa dijawab orang tua ketika memasukan anaknya ke sekolah tertentu, khususnya untuk tingkat sekolah dasar. Sebab sekolah dasar adalah pondasi awal sekolah formal si anak sebelum naik ke jenjang yang lebih tinggi.
Kemajuan zaman dan kecepatan teknologi tidak bisa dihindari akan berimbas kepada tuntutan kompetensi yang harus dikuasai anak. Artinya, trend CALISTUNG sebagai dasar penguasaan kompetensi dapat dikatakan sama sekali tidak memadai namun bukan berarti harus dipaksakan penguasaanya sebab calistung sebenarnya adalah kompetensi yang bersifat mekanis dan dapat dikuasai melalui latihan terus menerus (drilling).
Sebaliknya, kompetensi-kompetensi yang bersifat non-mekanistik dan mengarah pada berpikir kritis (critical thinking), kreatifitas, mengembangkan sikap toleransi, membentuk etika dan tata krama kurang mendapat perhatian. Padahal kemampuan-kemampuan berpikir dan beradaptasi inilah yang menjadi kekuatan pembentuk karakter anak di masa datang. Â Inilah fokus-fokus terpenting yang seharusnya dibentuk oleh sekolah dan guru di tingkat sekolah dasar, khususnya di kelas-kelas rendah.
Oleh karena itu, mulai sekarang orang tua harus kritis memilih sekolah walaupun pilihannya kembali kepada keputusan masing-masing dengan mempertimbangkan faktor-faktor lain seperti jarak, transportasi dan biaya. Minimal orang tua mengetahui bagaimana reputasi sekolah, gaya belajar dan gaya mengajar guru di sekolah tersebut dan yang terpenting adalah fokus pembelajaran yang ditawarkan oleh kurikulum yang dikembangkan oleh sekolah yang bersangkutan. Artinya, keterlibatan orang tua dalam proses pemilihan sekolah menjadi titik krusial untuk menghantarkan keberhasilan anak pada tingkat yang lebih tinggi.
Yang perlu diingat bahwa kemampuan membaca, menulis dan berhitung tidak menentukan keberhasilan seseorang dimasa datang. Yang menentukan keberhasilan adalah seberapa besar motivasi dapat dibangun, seberapa konsisten seseorang menekuni bidangnya, dan seberapa luwes sikapnya dalam beradaptasi dengan lingkungan. Untuk membentuk motivasi, konsistensi dan kemampuan adaptasi diperlukan pembentukan sikap sejak dini, bukan kemampuan calistung. Â Silahkan memilih.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H