Mohon tunggu...
Muhammad Asril
Muhammad Asril Mohon Tunggu... -

Art Teacher.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Menjunjung Amarah Dalam Bersikap

13 Desember 2011   02:06 Diperbarui: 25 Juni 2015   22:24 57
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Tanpa sadar kata yang tepat bagi orang yang bersikap marah berlebihan, ini sebenarnya di luar kendali diri dan lepas dari hati nurani. Kondisi ini sebaiknya dihindari, karena akan merugikan diri sendiri maupun orang disekitar. Dilihat dari sisi agama kondisi ini peluang bagi iblis untuk mengacaukan kehidupan seseorang seberat-beratnya. Disaat sadar apalah daya keadaan yang sudah terjadi semakin ruwet, akhirnya logika akan terbuang jauh. Usaha untuk menormalkan keadaan sangatlah sulit, apabila tak mampu maka ditempuhlah jalan marah. Memang dengan marah keadaan terlihat baik atau normal, tapi tidak akan bertahan lama dan cenderung menimbulkan masalah baru yang terus menumpuk.  terus...teruussss layaknya tukang parkir mobil yang lengah  memamandu, tak sadar mobil tersebut menabrak  tembok. Kembali kepada keadaan seseorang, tumpukan masalah terus bertambah hingga menggunung, suatu saat gunung masalah itu akan meledak dan tak bisa dibendung. Apabila tidak kuat, bisa kita lihat banyak orang depresi, bunuh diri, diam sepanjang hari bingung mau berpikir apa, melampiaskan keadaan dengan meminum obat penenang, sapai narkoba.. Huh! kasiaan...! Layaknya pendekar dengan tameng dan senjatanya untuk melawan musuh di medan perang adalah modal untuk bertahan. Dari pengibaratan tersebut seseorang dapat mengaplikasikan dikeseharian, tamenga dan senjata dapat berwujud kesebaran dan ikhlas melakukan sesuatu. Apabila itu diterapkan sungguh-sungguh sudah dipastikan kemenangan disetiap waktu pasti akan diraih. Kunci ini dipegang erat untuk selalu membuka pintu-pintu kehidupan yang indah dan damai.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun