Mohon tunggu...
Muhammad Asril
Muhammad Asril Mohon Tunggu... -

Art Teacher.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Teganya Dirimu Pak Polisi

4 Maret 2012   16:02 Diperbarui: 25 Juni 2015   08:30 455
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Hari minggu tepat pukul 13.30 WIB kami berempat (saya, istri, dan kedua anakku) menegendarai motor menuju ke rumah setelah mengunjungi Mertua di daerah Bojong Gede, Bogor anakku yang kecil tertidur nyenyak dipangkuan ibunya dan kakanya dalam kondisi mengantuk. Dengan santai motor berjalan, udara sejuk dan langit terlihat mendung. Kanan kiri jalan terlihat semak-semak dan pohon, kadang terlihat tembok panjang menutupi lahan sang pemilik tanah. Lalu lalang kendaraan agak terlihat lengang. Ternyata keadaan tersebut terjawab setelah melihat beberapa kendaraan berhenti dipinggir. Kendaraan tersebut dihentikan polisi yang sedang razia. Tak satupun kendaraan luput kena razia, kesempatan mencari kesalahan sangat besar. Salah satu yang terkena pelanggaran. Yaa memang saya salah, karena sim telat perpanjangan. Kronologisnya saat dihentikan mereka dengan sigap langsung menanyakan surat-surat kendaraan, tanpa memperhatikan anak-anak sedang tertidur. Saya pikir sama kejadian sebelumnya, kondisi yang sama polisi mempersilahkan lewat. Mereka tidak peduli, layaknya penjahat. Salah satu polisi melihat surat-surat, ternyata SIM sudah expired. Dengan tegas dia mengatakan "anda kena tilang dan sidang di depok tanggal 16 Maret di Depok" dan saya jawab "siap PAk!". Kemudian saya diserahkan ke petugas yang lain untuk ditangani dan di bawa ketempat transaksi. Sesampainya di tempat itu kata-kata tadi terulang lagi, dan saya menjawab dengan kata yang sama. Dengan wajah agak bingung, petugas tersebut menawarkan alternatif , "gini aja deh, mmmmm damai aja, berapa aja yang penting ada buat teman-teman perwira". Karena tidak tega saya melihat anak-anak yang tertidur lelap, saya katakan iya dan mengeluarkan 50 ribu. Kemudian saya katakan, "salam buat Pak  Komandan Besar  anda (" T. P "), saya guru anaknya". Sejenak dia tersentak dan mungkin tidak percaya dengan kata-kata itu. ya sudahlah, cuma selayang pandang saja, "sing penting sudah dapat duit, masalah dilaporkan ke komandan urusan belakangan...hehehehe..". Selesai transaksi, saya perhatikan aktivitas mereka begitu sibuk menghentikan setiap kendaraan. Gas ditekan, kami bergerak meninggalkan TKP. Dalam lanjutnya perjalanan, terpikir seharusnya saya menghubungi koneksi dari polisi juga, yaahh! buat apa, toh!! kalau hanya untuk gertakan, Tapi kalau untuk kebaikan ada benarnya juga. Tidak ada penyesalan, yang ada hanya kesal kenapa teganya sang pengaman seperti itu.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun