Dua Kalimat.
Keduanya berhubungan,
namun tentu saja mereka sebenarnya sanggup berdiri sendiri -
tampil dan secara lantam mengandalkan isi pikiran masing-masing.
Koma -
yang mampu memperluas ruang hubungan mereka -
terasa terlalu remeh,
mampu membangunkan arogansi sewaktu-waktu
yang diramalkan akan melahirkan bilangan tragedi.
Sang Penulis berpikir ulang,
"Koma? Ah, tidak."
Titik -
yang mampu mempertegas letak pijakan mereka -
terasa terlalu radikal,
mampu menciptakan sebuah apatisme.
Ramalan berikutnya: Tragedi.
Sang Penulis - yang tak tega - berpikir ulang,
"Titik? Ah, tidak."
Agaknya… kaitan di antara mereka (terlalu) kuat.
Setidaknya, demikianlah yang dirasakan Sang Penulis.
Dua Kalimat yang terlalu lekat untuk dipisahkan oleh Titik,
namun terlalu pekat untuk dileburkan oleh Koma.
Sang Penulis tak kehabisan akal,
"Titik Koma!"
Disatukannyalah dua Kalimat, tanpa harus dileburkan.
Satu Kalimat:
Aku; Kamu.
(Tangerang, Juli 2013)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H