Mohon tunggu...
Asri Janaris
Asri Janaris Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahasiswa

saya seorang mahasiswa, hobi saya traveling. saya juga menyukai hal baru

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Tradisi Nuja' Rame Sebagai Simbol Gotong Royong dan Keharmonisan Antar Masyarakat Sumbawa

27 Oktober 2024   21:35 Diperbarui: 27 Oktober 2024   21:43 80
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber : Website samawa rea (samawarea.com)



Tradisi nujarame  merupakan tradisi turun temurun masyarakat sumbawa yang sudah ada sejak zaman lampau.  Tradisi ini bukan hanya sekedar acara adat biasa akan tetapi menjadi simbol gotong royong dan sebagai bentuk tali persaudaraan antar masyarakat sumbawa. Tradisi nuja’ rame terdiri dari dua kata yakni “nuja” yang berarti menumbuk dan “rame” yang berarti berramai-ramai atau Bersama-sama. Bila di artikan, tradisi nuja’ rame berarti kegiatan menumbuk Bersama-sama. Dalam pelaksanaan tradisi nuja’ rame, alat yang digunakan adalah nisung atau rantok yang di pukulkan dengan alu yang merupakan alat tumbuk padi tradisional dari Sumbawa. Alunan nisung dan alu yang berdentum sedemikian rupa  menghasilkan bunyi khas yang membuat orang-orang senang mendengarnya. Pada zaman dahulu, tradisi ini di laksanakan Ketika musim panen berlangsung, tradisi nuja rame di laksanakan sebagai bentuk syukur kehadirat Tuhan atas berkat hasil panen yang melimpah. dalam pelaksanaan nuja’ rame nisung dan alu di gunakan untuk menumbuk padi secara beerramai-ramai oleh masyarakat agar menjadi beras maupun tepung. Kegiatan lain yang di laksanakan ketika pelaksanaan acara adat ini adalah menyanyi, menari dan makan bersama.

Menurut bapak Muhammad Saleh (55 tahun) salah seorang warga desa Lenangguar Kecamatan Sumbawa, tradisi nuja rame ini zaman dulu di laksanakan karena pada saat itu belum ada alat penggiling padi modern, sehingga warga bergotong royong Bersama-sama untuk menumbukkan padinya bersama-sama menggunakan alat tradisional, yakni nisung dan alu. Berdasarkan pendapat tersebut, diketahui bahwa tradisi ini lahir dari inisiatif gotong royong masyarakat setempat. Kemudian seiring dengan berjalannya waktu, hal ini menjadi tradisi wajib setiap musim panen masyarakat setempat. Tradisi ini masih terus di lestarikan di beberapa daerah di sumbawa, diantaranya di dusun labangka, dan Desa Batu bulan kabupaten sumbawa. Uniknya, pada zaman dulu, setiap usai musim panen  maka akan di lanjutkan dengan pesta pernikahan karena biasanya setelah panen maka persiapan pernikahan juga telah rampung. Maka tak jarang, tradisi nuja rame juga masuk di antara rangkaian adat pesta pernikahan.

Seiring dengan perubahan zaman, tradisi nuja’ rame juga berfungsi menjadi salah satu dari banyaknya rangkaian acara adat saat akan melangsungkan pernikahan Karena berdasarkan sejarahnya tadi.  Zaman sudah semakin modern, alat penggiling padi modern sudah mudah di temukan maka tradisi ini sudah jarang di laksanakan Ketika musim panen. Akan tetapi pelaksanaan tradisi ini di laksanakan Ketika akan melakukan kegiatan “bakalewang” atau gotong royong untuk mempersiapkan pesta pernikahan. Misalnya jika pada satu daerah akan ada orang yang melangsungkan pesta pernikahan, maka prosesi adat nuja’ rame akan di laksanakan. Ketika nisung dan alu sudah di bunyikan, makan para ibu-ibu akan keluar dari rumah mereka menuju tempat bakalewang (rumah pengantin) baik itu bertujuan untuk membantu  ataupun bertujuan membawa “penulung" (sembako)  karena alunan suara nisung dan alu menjadi pertanda bahwa kegiatan bakalewang sudah di mulai. Nuja’ rame di laksanakan pagi-pagi buta saat orang belum beraktifitas, tujuannya agar orang-orang bisa mendengar alunan nisung dan alu tersebut.

Tradisi nuja rame juga di laksanakan di Tana Samawa Ketika ada perayaan hari besar, misalnya perayaan Harla sumbawa, atau perayaan lainnya. Nuja rame biasanya melibaktan ibu-ibu dan remaja putri (dadara samawa). Adapun rangkaian acara puncak pada pelaksanaan tradisi nuja rame akan di pimpin oleh tokoh-tokoh adat untuk melangsumgka doa dan membacakan nyanyian ritual yang menambah kesakralan tradisi ini. Setelah acara puncak akan di lanjutkan dengan berbagai macam penampilan pertunjukan seni yang menampilkan kekayaan adat sumbawa. Adapun bagian yang sangat di nantikan oleh masyarakat Ketika pelaksanaan tradisi ini adalah makan Bersama, kegiatan makan Bersama bukan hanya menjadi ajang untuk mengisi perut, melainkan sebagai kekuatan tali persaudaraan dan kebersamaan antar masyarakat sumbawa.

Tradisi nuja rame merupakan bentuk harmoni antar sesame manusia yang terdapat di tana samawa. Tradisi nuja rame sangat erat kaitannya dengan kebersamaan dan gotong royong, karena bila di lihat dari segi sejarahnya saja, tradisi ini menggambarkan Kerjasama, keharmonisan, dan saling membantu antar masyarakat sumbawa. Untuk menghasilkan beras, pada zaman dulu masyarakat akan saling membantu dalam menggiling gabah mereka, sehingga hal itu menjadi jembatan yang mempererat tali silaturrahmi antar masyarakat. Hingga kini, tradisi ini masih terus di lestarikan dan semoga akan terus di lestarikan agar anak cucu taruna dadara samawa tidak melupakan adat isriadat tanah kelahiran mereka.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun