Mohon tunggu...
Asri Fauziah
Asri Fauziah Mohon Tunggu... -

Saya seorang pengajar yang hobi membaca buku motivasi, novel kehidupan, dan novel konspirasi. Selain itu juga suka hunting kuliner dan bersepeda

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Resensi Novel Rantau 1 Muara: Kisah Pamungkas Alif Fikri Mencari Jalannya

12 Juli 2013   10:44 Diperbarui: 24 Juni 2015   10:39 3372
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Judul Novel     : Rantau 1 Muara

Penulis               : A. Fuadi

Penerbit            : Gramedia Pustaka Utama

Cetakan             : Mei, Jakarta, 2013

Jumlah hlm     : 407 hlm

Beli di                 : Gramedia Citra Land Jakarta

Harga                 : IDR 75.000

Start Read        : 9 Juli 2013

Finish Read     : 11 Juli 2013

“Hari ini pula, di atas pesawat yang menerbangkan aku dari Washington DC ke Jakarta, aku rosok ujung lipatan dompetku dan aku tarik sehelai kertas tua berlipat-lipat kecil. Tiga  barisan tulisan tangan itu masih jelas tertera di kertas yang menguning ini. Tiga baris yang menjadi dayung-dayung hidupku selama ini.”

Man jadda wa jadda

Man shabara zhafira

Man saara ala darbi washala

Itu adalah perkataan Alif  pada bagian epilog novel Rantau 1 Muara (R1M). Sudah cukup lama aku menungu hadirnya novel pamungkas dari trilogy “Negeri 5 Menara” ini. Dan penantianku berakhir manis, karena novel R1M alur ceritanya sangat mengalir dan terselip kata-kata semangat yang cukup membuat aku terpengaruh, terutama ingin menguasai bahasa Inggris dan Arabic. Jadi dengan senang hati aku beri 5 bintang untuk novel ini.

Secara umum R1M bercerita tentang kepulangan Alif dari Kanada ke Indonesia. Dia masih harus menghadapi masalah setelah kepulangannya, seperti tunggakan kos dan bayar kuliah. Sampai-sampai dia harus berurusan dengan debt collector (tapi sayang ga diceritain bagaimana Alif melunasi debt collector tersebut). Alhamdulillah, masalah tersebut dapat selesai dengan cara yang tidak disangka-sangka Alif, hmhmhm apa ya kira-kira???

Lulus kuliah, Alif menghadapi masalah baru. Tadinya ia masih santai, tidak menggebu-gebu mencari pekerjaan, karena ia mendapat penghasilan sebagai penulis  lepas di koran. Dan akhirnya, krismon melanda Indonesia yang juga melanda Alif. Dia divakumkan jadi penulis lepas untuk waktu tak tentu. Mulailah ia pontang-panting mencari pekerjaan. Sebagai seorang lulusan HI, ia melamar ke berbagai organisasi internasional. Karena krismon, banyak lamaran tersebut yang di tolak.

Di tengah kegalauan tersebut, “Randai” teman sekaligus saingan Alif muncul. Randai  telah bekerja sesuai kuliahnya dia (konsisten). Randai juga kembali menantang Alif, untuk cepat-cepatan siapa yang bisa melanjutkan sekolah S2 di Eropa atau Amerika. Dasar Alif, dengan pede dia menerima tantangan tersebut. Boro-boro S2, pekerjaan saja belum ada.

Alif merenung, apa jalan pekerjaan yang ia ingin tekuni. Dia teringat mantra ketiga dari gurunya, yaitu Man saara ala darbi washala: siapa yang berjalan di jalannya akan sampai tujuan. Randai sudah konsisten di jalannya, sedangkan dia mau jadi apa???Akhirnya Alif menemukan jalannya setelah flashback ke masa-masa waktu di pondok dan kuliah. Apa hayoo jalan yang sekaligus jadi pekerjaan Alif tersebut???

Kisah-kisah selanjutnya bercerita tentang perjuangan Alif di pekerjaan barunya walaupun dengan gaji pas-pasan karena kantor ia bekerja menerapkan kejujuran dan integritas tinggi. Perjuangan tersebut berbuah manis, karena dia akhirnya memperoleh beasiswa S2 Fullbrigth ke Amerika Serikat dan juga masih bisa bekerja di kantor tersebut. Kisah cinta Alif kembali hadir di novel ini (bikin mesem-mesem geregetan). Dan kali ini cinta Alif benar-benar berlabuh ke pernikahan. Siapa ya jodohnya Alif?? Dimanakah mereka bertemu???

Selanjutnya diceritakan perjuangan Alif merantau ke Amrik. Bagaimana dia kuliah dan mendapat pekerjaan yang konsisten. Tiga mantra dari guru Alif yang ia terapkan, ternyata mampu mengantar Alif mencapai cita-cita yang dia mau. Tapi setelah ia merantau dengan bekal mantra tersebut, ia memutuskan kembali ke muara ia berasal. Bagaimana ya kisah akhir cerita Alif??Ayo baca sendiri, ya!!

Huft, itulah sedikit review dari aku. Dan akhirnya aku sangat puas dengan novel pamungkas ini. Kepada penulis novel: A. Fuadi, aku tidak sabar lagi menanti novel selanjutnya yang kayaknya hadir dengan tokoh-tokoh baru. Ok salam membaca!!!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun