Pendidikan Calon Guru Penggerak atau yang dikenal dengan CGP mengantarkan kita pada sebuah pemahaman baru. bagaimana tidak, Materi yang disajikan sangat relevan dengan kebutuhan akan pengetahuan tambahan yang harusnya dimiliki oleh semua guru (pendidik) di Indonesia. Semua materi disajikan secara lengkap mulai dari bentuk narasi, video sampai pada aplikatif penerapan di sebuah instansi atau sekolah. Metode belajar yang digunakan sesuai dengan "Kurikulum Merdeka" dimana kita diberikan ruang seluas-luasnya untuk mampu berekspresi dan mengeksplore semua kemampuan dan kompetensi yang kita miliki melalui penyelesaian tugas-tugas yang berbasis masalah.Â
Modul 1.1Â pada Pendidikan CGP memuat materi tentang "Filosofi Pendidikan Menurut Ki Hajar Dewantara". Modul tersebut memberikan pemahaman bagi seorang guru (Pendidik) dalam mengantarkan murid menuju cita-citanya (Tujuan Pendidikan Nasional). Guru menurut pendapat KHD adalah sebagai "Pamong" yang memiliki kewajiban untuk menuntut murid menuju keselamatan dan kebahagiaan sesuai dengan kodrat alam dan zamannya, baik sebagai individu maupun masyarakat. Dalam hal ini KHD mengilustrasikan peran guru seperti "Petani dan Tukang Kebun", dimana keberadaannya hanya mampu mengkondisikan tanahnya, memeliharanya melalui pemberian pupuk ataupun dengan menjaga kestabilan tanah melalui pengairan. Terlepas dari hal tersebut petani tidak akan mampu mengubah sebuah tanaman padi untuk berbuah menjadi jagung, atau sebaliknya tanaman jagung berbuah tanaman padi. Demikian KHD memberikan pandangannya bahwa guru tidak akan mampu mengubah siswa sesuai dengan kehendak dan keinginannya, namun mereka hanya mampu "Menuntun" untuk mencapai laku baiknya melalui pembiasaan-pembiasaan yang baik.
Berkaitan dengan peran guru sebagai "Pamong" seyogyanya harus memiliki beberapa nilai dan peran penting yang harapannya dapat mengantarkan murid menuju cita-citanya. Pada modul 1.2Â guru diharapkan memiliki peran dan nilai guru penggerak yang dapat dijadikan sebagai modal awal dalam mengantarkan murid menuju laku baiknya. Nilai guru penggerak yang diusung dalam hal ini meliputi berpihak pada murid, mandiri, kolaboratif, reflektif dan inovatif. Sementara peran yang dimaksud di sini adalah guru diharapkan mampu menjadi pemimpin pembelajaran, coach bagi guru lain, mendorong kolaborasi, student agency dan juga menggerakkan komunitas praktisi.Â
Peran dan nilai guru penggerak yang sudah tertanam oleh jiwa seorang guru harapannya akan mengantarkan murid menuju sebuah "Mimpi" yang tercermin pada "Visi dan Misi" suatu organisasi ataupun sekolah. Melalui penerapan nilai dan peran dari guru penggerak sekolah akan mampu mewujudkan Visinya melalui misi dan tujuan yang dirumuskan. Pendekatan Inkuiri Apresiatif (IA) guru dapat menggunakan kekuatan sebagai upaya menuju prakarsa perubahan yang tercermin dalam gambaran sebuah Visi melalui strategi "BAGJA" (Buat pertanyaan, Ambil Pelajaran, Gali mimpi, Jabarkan rencana dan Atur eksekusi) yang terangkum secara detail pada modul 1.3 pada Pendidikan Guru Penggerak.
Budaya positif merupakan bagian dari strategi yang dapat digunakan untuk mewujudkan sebuah "Mimpi" yang tercermin dalam Visi, misi dan tujuan sebuah organisasi. Pada Modul 1.4 terkait dengan budaya positif banyak hal yang dimaknai menjadi sesuatu yang baru yang kedepannya dapat diaplikasikan untuk perbaikan pembelajaran. Salah satu poin penting yang diperoleh adalah pentingnya "Keyakinan Kelas" dalam melahirkan sebuah budaya positif di sekolah yang diaplikasikan melalui lini terkecil yaitu "Kelas" yang kedepannya akan membentuk suatu budaya secara komprehensif yaitu "Budaya Sekolah". Keyakinan kelas adalah hal yang baru yang kedepannya akan saya aplikasikan dalam sebuah proses pembelajaran, dimana guru bersama dengan murid melakukan kolaborasi untuk membuat kesepakatan tentang nilai-nilai kebajikan yang menjadi keyakinan untuk di junjung tinggi. Nilai tersebut dapat berupa nilai kejujuran, tanggungjawab, mandiri, kreatif yang tertuang  dalam bentuk kalimat motivasi yang bermakna positif.Â
Membahas tentang budaya positif ada beberapa hal yang dapat saya simpulkan dari pembelajaran modul 1.4 . Pertama adalah terkait dengan belajar, makna utama kata belajar sesungguhnya adalah 'disiplin". belajar menggali potensi murid sehingga tujuan yang mulia dapat tercapai yaitu menjadi seseorang yang diinginkan berdasarkan nilai yang dihargai. Kedua yaitu terkait dengan teori kontrol, dimana kita tidak akan mampu mengontrol orang lain sesuai dengan keinginan, namun kendali kontrol ada pada kita sendiri. Sebuah pemahaman yang sangat menarik bahwa ternyata dalam teori ini semua perilaku yang dilakukan memiliki tujuan dan dalam rangka memenuhi sebuah kebutuhan. Ketiga adalah tentang motivasi, dimana motivasi seseorang dalam melakukan sesuatu ada 2 yaitu, intrinsik dan ekstrinsik. Motivasi ekstrinsik lebih mendasari pada motivasi untuk menghindari hukuman dan mendapatkan imbalan, sementara intrinsik lebih pada penghargaan diri yang muaranya pada pencapaian nilai kebajikan. Keempat adalah posisi kontrol seorang guru ketika murid melakukan sebuah kesalahan, Menurut teori Kontrol Dr. William Glasser, Gossen berpendapat  baik seorang guru, orang tua ataupun atasan dalam melakukan kontrol  memiliki 5  posisi kontrol antara lain: 1) Penghukum, 2)Pembuat Rasa Bersalah, 3) Teman, 4) Pemantau dan 5) Manajer. Kelima terkait dengan kebutuhan dasar manusia menurut Glasser ada  5 kebutuhan manusia, antara lain, untuk bertahan hidup (survival), merasa diterima, kebebasan, kesenangan dan penguasaan. Perilaku yang kurang sesuai dari seseorang dimaknai karena dalam upaya memenuhi kebutuhan dasar tersebut. Keenam berkaitan dengan keyakinan kelas, dimana nilai tersebut disepakati bersama dalam bentuk nilai kebajikan yang mengacu pada profil pelajar pancasila, selanjutnya keberadaan nilai itu menjadi sebuah keyakinan kelas yang di junjung tinggi untuk kebaikan bersama pada suatu lembaga atau institusi. Ketujuh adalah restitusi. Menurut (Gossen: 2004) Restitusi dimaknai sebagai proses menciptakan kondisi bagi murid untuk memperbaiki kesalahan mereka, sehingga mereka bisa kembali pada kelompok mereka, dengan karakter yang lebih kuat. Segitiga restitusi yang ditawarkan dimulai menstabilkan identitas, validasi tindakan yang salah dan menanyakan keyakinan.
Penjelasan diatas menggambarkan bahwa budaya positif merupakan bagian dari cara yang dapat dipilih untuk mewujudkan Visi yang menjadi gambaran cita-cita di masa depan dalam bentuk mimpi. Dimana kita sebagai seorang pendidik harus mampu menanamkan budaya positif kepada siswa melalui keyakinan akan nilai-nilai kebajikan dengan menerapkan segitiga restitusi sebagai pelengkapnya. Setelah memahami berbagai materi di atas saya memperoleh pemahaman bagaimana sejatinya kita sebagai seorang pendidik dalam menuntun murid menuju laku baiknya, menjadi insan yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, Mandiri, selamat, dan bahagia baik sebagai individu maupun sebagai masyarakat.
Sebelum mempelajari modul tersebut praktik restitusi sudah dijalankan. Posisi kontrol yang diambil adalah sebagai "Pemantau". Saat siswa melakukan kesalahan saya sering mengingatkan siswa terhadap konsekuensi dari kesalahan yang telah dibuat dalam upaya untuk melatih kedisiplinan diri.Â
Harapan ideal yang diwujudkan adalah posisi kontrol dalam tataran "Manajer", dimana guru dan murid sama-sama melakukan kolaborasi untuk memperbaiki dan mengevaluasi sebuah kesalahan dengan teknik win win solution (sama-sama menang) melalui praktik segitiga restitusi yang tercermin dalam 3 tahap yaitu, menstabilkan identitas, validasi tindakan yang salah dan menanyakan keyakinan.
Pasca melakukan aksi nyata pada demonstrasi konstekstual ada perasaan haru menyelimuti, karena saat praktik segitiga restitusi tersebut dilakukan saya melihat sesuatu yang berbeda pada aura siswa. Perasaan bahagia karena dimengerti, diperhatikan dan yang paling penting adalah merasa dicintai dan dihargai. Sebuah hal yang kecil yang baru kita sadari tentang kebutuhan "siswa", menjadi pengalaman paling berharga agar kedepannya dapat dapat memberikan pelayanan terbaik menuju terwujudnya tujuan pendidikan.