Pengalaman buruk ini saya alami hari kamis 18 Agustus 2011 lalu. Saat itu kami sedang mempersiapkan suatu kegiatan bersama sekelompok orang di sebuah tempat di Jayapura.Situasi kemanan Papua yang buruk beberapa waktu terakhir membuat persiapan kami untuk kegiatan ini menjadi sedikit kacau. Waktu yang sangat singkat membuat kami harus mempersiapkan segala sesuatunya dengan serba cepat. Uang tunai sudah pasti jadi kebutuhan kami pagi itu.
Saya kebetulan menggunakan rekening sebuah Bank Rakyat dan mestinya menarik uang tunai dari mesin ATM bank rakyat tersebut yang lumayan banyak bertebaran di Kota Jayapura. Tetapi karena kondisi kota yang sedang hujan deras, dan kebetulan lewat di sebuah pusat bank daerah yang sangat besar, punya lapangan parkir yang luas dan ada ATM centernya, saya pun memutuskan untuk menariknya di sana saja.
Transaksi pun dimulai dan kebetulan ada telpon masuk, telpon penting yang harus saya jawab. Jadilah saya bertransaksi sambil menelpon. Setelah memasukkan nomor PIN dan lain sebagainya, saya memasukkan jumlah uang yang ingin saya ambil dan ternyata jumlah uang yang ingin saya ambil itu terlalu besar. Saya pun lalu menekan “cancel”. Karena keasikan berbicara, saya agak terlambat mengambil kartu ATM saya dan tenggelamlah kartu ATM itu. Naas, maksud hati untuk efisiensi waktu, saya malah membuang waktu lebih banyak.
Saya pun langsung melapor ke dua pegawai bank yang cantik-cantik yang sepertinya memang bertugas menjaga di depan ATM center tersebut. Mereka membawa saya ke customer service. Setelah melapor, saya diminta untuk menunggu. Cukup lama juga saya menunggu, hingga datang dua pegawai bank membawa kartu ATM saya. Mereka memanggil petugas yang sedang melayani saya dan kemudian berbisik-bisik sebentar. Setelah itu si petugas pun kembali menemui saya. Sayang seribu sayang, ternyata kartu saya tak bisa dikembalikan, karena bukan nasabah mereka katanya. Saya pun memohon-mohon ke petugas tersebut. “Tolong saya dulu mb, saya sedang menyiapkan satu kegiatan penting hari ini dan butuh uang tunai. Klo memang tak bisa dikembalikan, bisakah saya transaksi dulu trus kartunya saya kembalikan ke kalian” ucap saya dengan sedikit bodoh saking bingungnya. “Tak bisa mb, itu sudah mekanisme banknya. Coba ke bank asal saja dulu dan urus kembali di sana”. Hell, saya depresi tingkat dewa. Keluar dari bank dengan emosi meninggi, kesal dengan diri sendiri yang ceroboh hingga semuanya menjadi makin kacau. Tak lupa saya mengutuk bank yang saya kunjungi pagi itu “bangkrut koe ntar, g bakalan saya jd customer koe”. ( :) maaf)
Saya pun meluncur ke bank asal rekening saya, sekedar menanyakan prosedur bagaimana jika ATM tenggelam di bank daerah itu. Dari info mereka, ternyata ATM bank daerah tempat kartu ATM saya tenggelam itu biasanya cukup rumit untuk persoalan begini. “mereka biasanya pelit mb, klo ada ATM bank lain yang tenggelam di mesin ATM mereka, biasanya langsung dihancurkan”. Hmmm...hancurlah pula hari saya. Mana buku rekening tak dibawa serta. Untung uang tunai yang saya bawa masih cukup untuk persiapan. Sedangkan pihak-pihak yang sudah saya janjikan untuk memberi uang saya telpon satu persatu dan beruntung mereka cukup mengerti dengan situasi saya hari itu.
Jadi berhati-hatilah menggunakan mesin ATM bersama beda bank, karena kebijakan antara bank kadang berbeda-beda. Jika anda termasuk jenis orang yang sering tak hati-hati seperti saya, sebaiknya tetap mencari mesin ATM bank asal untuk bertransaksi, karena jika terjadi kesalahan, urusannya akan sangat rumit.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H