Di halaman sebuah rumah bergaya klasik, terdapat sebuah gazebo yang terbuat dari kayu solid, berhias lampu yang berkelap kelip. Dihalaman ini keluargaku biasa bersantai terutama di akhir pekan, entah menonton film bersama ataupun menikmati bintang bintang. Aku berbaring di gazebo, terdapat karpet bulu tebal sungguh nyaman untuk berbaring.
Tak jauh dari gazebo, terdapat ayunan besar dengan yang juga memiliki alas lembut, ayah dan ibu duduk di ayunan itu dengan keponakanku duduk di antaranya.
Sebuah mobil memasuki pintu gerbang. kakak lelakiku kembali, disambut dengan suara ceria putra sulungnya yang telah berlari menghampiri sang ayah.
Kami pun makan malam bersama, sesuai makan malam kami berkumpul di meja bundar sembari mengobrol dan mengenang masa lalu menatap beberapa album foto keluarga yang baru saja selesai di cetak ulang, karena foto lama terlalu usang hingga perlu restorasi.
Album itu berjsi foto pernikahan ayah dan ibu mengenakan pakaian adat jogja berwarna hitam dengan latar dekorasi bunga,
dan hiasan janur kuning dengan tambahan buah buahan ditata dengan rapi, tersusun melingkar dan bertingkat. Di bagian puncak dekorasi itu terdapat buah nanas berwarna kuning cerah. Ada banyak orang di album itu gambar kakek, nenek, paman dan juga bibi, bahkan ada banyak orang yang tidak kukenali. Berjalanya waktu telah mengubah penampilan seseorang hingga begitu beerbeda. foto itu diambil lebih dari 25 tahun yang lalu, beberapa anak digambar telah memiliki beberapa putra, beberapa bibi telah memiliki cucu dan bebeerapa orang telah tiada.
Sunggguh betapa cepatnya waktu berlalu melihah foto ketika taman kanak-kanak mengenakan pakaian biru dengan rambut pendek terasa seakan hanya beberapa saat berlalu, kenangan saat kecil bermain petak umpet serta memanjat pepohonan, berapa kelakuan juga terasa komyol bila diingat untuk saat ini. kenakalan saat kecil, ke konyolan di sekolah, canda, tawa tangis dan kemarahan, juga beberapa penyesalan.Â
waktu begitu cepet berlalu, sayangnya meski sadar akan itu entah mengapa acap kali masih saja ku ulangi selalu untuk menghawatirkan masa depan, menyesali masa lau dan yang konyol terjadi adalah menyiakan saat ini. Ku harap dapat merubah itu, dan memanfaatkan waktu dengan lebih baik. Ku selau berharap esok hari akan indah, dan semoga mejadi indah.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H