Mohon tunggu...
Alimahsriastuti
Alimahsriastuti Mohon Tunggu... Penjahit - Saya lulusan SMK, Jurusan tata busana.

Hoby ku mendengarkan audio buku. Mendengarkan music dan membuat kerajinan tangan. Baru belajar melulis,tolong beri saya kritik dan saran

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Dua Luka

21 Februari 2024   11:58 Diperbarui: 21 Februari 2024   12:08 59
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dua luka

Langit begitu cerah, mentari berada di puncak kejayaanya dan awan putih membentuk lukisan di kanvas langit. 

Menendarai motor antik milik ayah, yang lebih tua dari usiaku, di atas jalan setapak persawahan di bawah langit biru. Ketika kucing gemuk berlari dari rerumputan yang tinggi dan membuatku kaget. Terbiasa menggunakan motor matic membuatku reflek menarik rem tangan dengan kuat. Diiringi dencitan suara rem, ban depan tergelincir, kehilangan kesetabilannya dan akhirnya jatuh dengan suara keras.

Ku sentuh kepalaku, guncangan itu membuatku pusing. beberapa petani yang tengah memanen gabah mendekat dan memberi bantuan, bukan rasa sakit yang pertama kali kurasakan saat pusing itu hilang namun rasa malu, rasa malu karena aku tanpa sadar mengumpat dan didengar oleh banyak orang. Setelah motorku ditepikan, beberapa wanita paruh baya membantuku untuk duduk di tempat teduh dan membawakanku segelas teh manis, teh itu masih hangat. ke tengok kakiku ada lebam kecil di mata kaki dan luka parut sebesar uang koin di lutut. Masih cukup beruntung setidaknya... tidak ada luka bakar. Beberapa saat kemudian setelah mengobrol cukup lama, aku pulang kerumah mengendarai motorku dengan perlahan, untungnya motor itu masih dapat ku kendarai. Sesampainya dirumah ku bersihkan luka ku. Luka yang lebih besar ku obati setiap hari, namun luka lain yang berupa lebam kecil terabaikan.

Hingga disaat luka di lulut yang jauh lebih besar telah mulai mengelupas, baru kusadari bahwa luka kecil yang seharusnya sembuh lebih awal masih berwarna kemerahan dan menggelap. Karena kecerobohanku luka kecil itu bernanah, kecerobohanku yang mengabaikan luka kecil, serta menyepelekannya hingga membiarkanya terciprat genangan air hujan, membuat luka itu terinfeksi dan sulit sembuh. Butuh waktu sebulan untuk membuat luka itu kering dan mengelupas . Meninggalkan bekas kehitaman yang sulit memudar, bekas yang jauh lebih gelap dari luka lulut yang lebih parah.

Luka kecil itu menginggatkanku agar tidak mengabaikan masalah-masalah kecil dan mengabaikan detail- detail kecil karna hal kecil yang tidak disadari mungkin saja mampu menyakiti hati seseorang. kekecewaan kecil bila itu terulang mambu mengahancurkan hati seseorang bahkan tanpa kita sadari.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun