Mencari Sosok Kepemimpinan
Amar Makruf Nahi Munkar
Istilah amar makruf dan nahi munar terdapat dalam Al-Qur’an, Surah Ali Imran, ayat 104, yang artinya:
“Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang makruf dan mencegah dari yang munkar; merekalah orang-orang yang beruntung”. (Q.S. Ali Imran: 104).
Dalam ayat tersebut ditegaskan bahwa hendaknya ada sebagian di antara manusia baik dalam suatu komunitas, suku bangsa atau negara, yang tampil menjadi pelopor dalam menegakkan kebaikan (makruf) dan mencegah keburukan (munkar). Orang yang terpanggil untuk tampil sebagai pelopor itu dinamakan pemimpin, yaitu orang yang mendedikasikan dirinya untuk menyerukan, mengajak, mengkoordinir, mengatur, mengorganisasi, merencanakan, melakukan pembagian tugas, menyiapkan logistik dll. Semua aktivitas itu ditujukan untuk mencapai kebaikan bagi seluruh anggota komunitas atau masyarakat tersebut.
Dari penjelasan itu tersirat dan tersurat dua tipe utama utama kepemimpin, yaitu kepemimpinan amar makruf dan nahi munkar, Setiap tipe tersebut mengandung beberapa karakter yang cukup dominan.
Kepemimpinan Amar makruf
Kepemimpinan amar akruf bisa juga disebut dengan kepemimpinan demokratis atau kepemimpinan partisipatif yang lebih menonjolakan sifat dialogis, edukatif dan persuasive menuju partisipasi dalam berbagai aktifitas pembangunan atau p[erbaikan kualitas hidup masyarakat. Kepemipinnan amar makruf juga bisa disebut sebagai kepemimpinan “intensif”, karena lebih menekankan pada optimalisasi potensi bagi kemanfaatan seluruh warganya. Karena pendekatannya dialogis dengan menggunakan logika-logoita yang rasional, maka kepemimpinan ini juga bisa disebutr sebagai kepemimpinan yang berlandaskan ilmu pengetahuan (knowledge leadership).
Sifat atau kepribadian yang menonjol dari figur kepemimpinan ini antara lain: sifatnya yang tenang, banyak mendengar, intelek, mengayomi, tertib, sistematis dll. Untuk menggambarkan kepemimipan amar makruf ini sedikit banyak tercermin pada figure Bung Hatta. Sifat beliau yang rendah hati, demokratis, mengayomi, empati, teliti dan mengharga proses, merupakan sebagian dari sifat kepemimpinan amar makruf tersebut. Dalam melalukan berbagai kebaikan, selalu berupaya melihan potensi dan kelemahan kedalam dengan lebih banyak intruspeksi menuju kondisi yang lebih baik.
Tipe kepemimpinan amar makruf ini sangat cocok untuk “kondidi damai” atau disaat melakukan “pembangunan”. Karena itu, figure kepemimpinan amar makru ini juga tampak pada sosok Pak Harto, yang juga dikenal sebagai Bapak Pembangunan. Sifat beliau yang tenag (tidak menggebu-gebu), serta kemampuan beliau dalam merencanakan dan menempatkan orang, merupakan sebagian dari cerminan tipe kepemimpinan amar makrup itu.
Kepemimpinan Nahi Munkar
Kalau tipe kepemimpinan amar makruf selalu tenang, dialogis dan menghargai proses, maka tipe kepemimpinan nahi munkar lebih bersifat dinamis dan menggebu-gebu. Kalau kepemimipinan amar makruf dicirikan dengan kemampuan menggerakkan partisipasi masyarakat maka kepemimipinan nahi munkar lebih pada kemampuan dalam memobilisasi massa. Kepemimpinan nahi munkar adalah tipe pemimpin yang berani mendokrak berbagai hal yang tidak sesuai dengan kondisi masyarakat. Karena itu kepemimpinan nahi munkar lebih sebagai figur kharismatik, yang disegani dan kadang ditakuti, tetapi sekaligus dicintai. Kepemimpinan nahi munkar umumnya memiliki kemampuan dalam berpidato bahkan seorang orator. Demi untuk mencapai tujuan, kadang cara atau prosedur tertentu diabaikan, yang penting tujuan tercapai dan membawa manfaat atau kebaikan bagi masyarakat banyak..
Tipe kepemimpinan nahi munkar cocok untuk kondisi masyarakat yang sedang menghadapi gejolak atau krisis, dimana dalam kondisi seperti itu kadang dibutuhkan figur “orang kuat” yang mampu mempersatukan seluruh elemen masyarakat guna menghadapi atau menggulingkan musuh bersama. Begitu pula dalam kondisi yang penuh gejolak seperti kondisi Indonesi di tahun 1965/66 atau di era reformasi tahun 1998/99, sangat membutuhkan figur kepemimpinan nahi munkar yang diharapkan mampu menuntaskan era peralihan itu secara baik dan cepat.
Figur kepemimpinan nahi munkar ini sering dilekatkan pada Bung Karno yang mempunyai keahlian sebagai orator yang mampu menggerakkan dan memobisasi masyarakat dalam menghadpi musuh bersama yaitu penjajah. Sifat kharismatik beliau menjadi magnet yang mampu menumbuhkan kesetiaan, loyalitas, bahkan “kultus” yang tak tergoyahkan.
Kepemimpinan nasional
Dalam kondisi Indonesia saat ini yang baru saja melewati era reformasi, tentu dibutuhkan tipe kepemimpina yang memiliki watak dan karakter dari kedua tipe tersebut. Di satu pihak kita membutuhkan kepemimpinan yang demokratis, yang mau mendengarkan aspirasi masyarakatnya, tetapi juga harus cepat dan tegas dalam mengembil keputusan. Kita membutuhkan kepemimpinan yang mampu me-manage pemerintahan dengan baik, berpengetahuan luas, tetapi sekaligus juga memliki wibawa dan kharisma sebagai seorang negarawan yang disegani oleh rakyatnya.
Indonesia masa depan membutuhkan figur pemimpin yang lembut hatinya, tersentuh perasaannya menyaksikan penderitaan rakyatnya, namun juga tegas terhadap para koruptor dan pelaku tindak kriminal yang mengancam keselamatan rakyatnya. Kita membutuhka tipe pemimpin seperti Khalifah Umar yang selalu menggebu-gebu di medan perang tetapi mudah meneteskan air mata menyaksikan rakyatnya yang kelaparan. Kita membutuhkan tipe kepemimpinan amar makruf sekaligus nahi munkar. Hanya dengan keterpaduan kedua kepemimpinan itu yang mampu menuntarskan gerakan reformasi menuju Indonesia baru yang lebih modern, berdaulat dan disegani oleh bangsa lain, yaitu kepemimpinan amar makruf dan nahi munkar. (Asri Al Jufri)
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI