Mohon tunggu...
Asri Pangestu
Asri Pangestu Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

"War of Media"

28 Oktober 2018   19:00 Diperbarui: 28 Oktober 2018   19:22 656
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dok: Gramedia Digital

Media sosial/medsos adalah kekuatan baru dalam pengaruh dunia perpolitikan. Berbagai peristiwa berbasis politik bertemakan kontemporer rasanya hampir diseluruh sudut dunia melibatkan adanya peran penting media sosial yang dahsyat.

Berkat penemuan internet, seketika itu timbulaah istilah "desa global" yang dicetuskan oleh teoretikus  Marrshall Mcluhan, yang mana sekat-sekat ruang dan waktu dalam pertukaran informasi diseluruh dunia dapat dipangkas, seakan dunia yang kita ketahui menjadi dunia yang datar (flat world).

Kita tidak bisa membayangkan fenomena dan peristiwa apa yang akan terjadi nantinya yang dipakai untuk agenda pesan-pesan politik. Sukar untuk diperkirakan, karena alat dan aplikasi media sosial tersedia untuk siapa saja dan semua orang baik di komputer maupun smartphone, siapa saja sangat bisa menjadi pelaku dibalik semuanya.

Perang politik masa depan tidak akan lagi membutuhkan banyak omongan, melainkan tindakan. Berbagai bentuk kreasi isu dn narasi politik daapat dilakukan melalui mesin dalam genggaman. Perangkat tersebut bahkan bisa diatur sebagai mesin propaganda sukses mengerikan yang bekerja secara instant dan hanya sedikit waktu yang diperlukan.

Kemampuan media sosial dapat menjadikan orang biasa memiliki kekuatan untuk mengubah arah medan perang fisik menjadi narasi wacana kebencian yang dibungkus berbagai hal yang lagi hangat diperbincangkan. Oleh karena, peperangan media sosial lebih mudah untuk diadakan, hanya bermodalkan kebencian dan keterampilan teknis menggunakan media.

Media sosial telah memberkahi setiap orang dengan dua kemampuan: memproduksi konten dan membentuk jaringan. Karena itulah, dewasa ini bermunculan banyak agen politik baru yang memiliki pengaruh signifikan di media. Selain itu, media sosial memberikan peluang untuk mempertemukan mereka yang memiliki kesamaan kepentingan bergabung menjadi kelompok, berubah menjadi suatu gerakan.

locita.co
locita.co
Merujuk pada perang politik melalui media sosial agaknya tidak dapat distop dalam waktu dekat, bahkan hal yang mustahil untuk bisa dicegah. Banyak pendapat pengamat media dan akademisi mengatakan demikian. Puncaknya akan kian menguat menjelang pemilihan umum 2019. Fenomena ini tampaknya tidak akan dapat dikurangi sekalipun memakai regulasi, karna dilain sisi banyak masyarakat umum akan pesimis, tidak sesuai dengan asas pers demokrasi.

Berbagai cara untuk meminimalisir peredaran berita hoax dan propaganda sudah dilakukan, namun mekanisme pasar selalu tumbuh subur selama ada fabrikasi oleh pihak-pihak antipemerintah. Konflik di media masih akan terus berlangsung sengit. Saling hantam fitnah dan ujaran kebencian akan masih selalu menghiasi ruang-ruang diskurusus publik.

Seruan moral juga tidak akan bisa dapat mengeremnya. Seperti fatwa Majelis Ulama Indonesia yang melarang penyebaran barita bohong seolah-olah sampai saat ini tidak banyak dapat mengubah atmosfer media sosial.

Perlu dipahami bahwa penggunaan media sosial yang berorientasi pada konflik adalah hal lumrah, pemerintah dan penegak hukum tidak dapat berbuat banyak.

Boleh jadi edukasi yang disampaikan tanpa bosan akan berperan memberi pengaruh signifikan, merupakan solusi yang dapat dilakukan, tapi efeknya jangka panjang. Namun lebih baik kita berbuat daripada mengutuk keadaan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun