Mohon tunggu...
asri istiqomah
asri istiqomah Mohon Tunggu... -

Saya seorang perempuan yang suka menulis dan membuat kerajinan tangan

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Kontroversi Status Pribadi di Jejaring Sosial

8 Juni 2012   03:46 Diperbarui: 25 Juni 2015   04:16 440
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Media. Sumber ilustrasi: PIXABAY/Free-photos

Tulisan ini adalah renungan saya selama beberapa waktu setelah terdengar hiruk pikuk tentang masalah etika berjejaring sosial. Saya mencoba mengungkapkan pendapat pribadi saya yang saya ambil dari banyak sudut pandang. Semoga bermanfaat …

Jaman dahulu kala (saat monyet masih cari kutu sambil garuk-garuk kepala, ayam masih suka berkokok ‘kukuruyuuuuuk’ di pagi hari, dan burung-burung masih semanis Tweety). Pada jaman itu kehidupan tidak sehiruk pikuk ini. Pagi hari bangun pagi, melaksanakan ritual sembahyang kepada Tuhannya, menghidupkan kompor dan tungku untuk menyediakan sarapan. Dilanjutkan berangkat kerja dengan dandanan klimis, hormat pada atasan, bekerja dengan baik dan disiplin, hingga akhirnya pulang ke rumah dengan pikiran senang, meski nunggu gaji masih setengah bulan lagi ^^. Sesampainya di rumah keluarga adalah segalanya, bermain dengan anak, bercanda dengan pasangan, makan malam bersama, nonton tivi bersama, dan terakhir tidur bersama (soalnya kamarnya Cuma satu ^^).

Pada jaman dulu (saat anak SD masih pegang tali, anak SMP masih malu-malu dengan lawan jenis, dan anak SMA tidak sepusing saat ini kala menghadapi UN). Saat itu hampir setiap minggu kita bisa dolan (main) ke rumah teman kita, sekedar ngobrol, lotisan, ngrampok mangga di rumah teman, hingga silaturahim dengan niatan yang baik (he he emang ada silaturahim niatnya gak baik? ^^). Jaman itu memang semua momen bisa menjadikan setiap kita mudah berkumpul dengan orang lain, baik teman maupun lawan (lawan di sini lawan main kasti maksudnya). Tanpa ada miscall-miscall-an semua bisa kumpul “blek” di suatu tempat yang sudah kita janjian sebelumnya. Tanpa sms jarkom demo dan aksi jalanan sangat banyak pesertanya. Tanpa jarkom sms yang dibumbui kata “wajib hadir” pengajian akbar dan temu kader (kader posyandu contohnya ^^) peserta tumplek ‘blek’.

Itu jaman dulu … sekali lagi jaman dulu … saat anak kecil lebih suka ngompol di popok ketimbang di pampers. Nah, gimana nih jaman sekarang. Yuuuuuk kita tarik dan lipat waktu hingga ke jaman sekarang.

Pada jaman sekarang (saat monyet lebih suka nangkring sambil pesbukan, saat ayam digantikan burung tweety yang nge-tweet sepanjang siang dan malam, dan burung-burung sekarang jadi mutant karena marah-marah terus *nunjuk-nunjuk Angry Birds pake kemoceng*). Pada jaman sekarang ini aktivitas pagi diawali ngetweet status “mau sembahyang tahajud dulu ya, yuk tahajud, tahajud bikin hidup lebih hidup, ora tahajud uripmu benjut, de es be de es be.” Setelah nyetatus baru deh tahajud. Lalu setelah subuh nyetatus lagi “Tilawah yuuuuuk, ma’tsuratan yuuuk, muroja’ah sama suami/istri tercinta uhuuuuy, tidur lagi ahhhh, de es be de es be.”

Begitu sampai di tempat kerja yang pertama kali dilakukan adalah buka pesbuk, twitter, trus nyetatus. “Murid-muridku lucu-lucu kayak gurunya hi hi, nasib jadi pewai rendahan ya kayak gini, ini taushiyah hari ini: bla bla bla, sesungguhnya bla bla bla, de el el de el el.” Setelah itu liat-liat status orang, nge-like, ngoment, de es be de es be. Setengah jam sendiri untuk buka pesbuk dan twitter, baru setelah itu ngerjain tugas kantor, itu pun dengan diiringi setiap sejam sekali bukan pesbuk dan twitternya. Dalam hati bertanya, “Ada yang ngomentar gak ya? Ada yang suka gak ya? Followerku nambah gak ya?”. Begitu seterusnya sampai jam pulang kantor.

Sampai di rumah, bukannya meluk anak istri malah meluk BB sambil asyik BBM-an, topik di forum diskusi BB emang lagi hit, apalagi kalau bukan tentang kekalahan Barca melawan Chelsea semalam. Wuiiih seru nihhhh. Sang istri tak mau kalah, dengan BB merek cina yang harganya 500 ribuan dia nyungsep di belantara pesbuk sambil chating dengan teman pesbuk *bacanya ala fitri imut di iklan XL*, pake curhat-curhat segala macam nih, “Tau gak Sis, suamiku tuh udah gak sayang sama aku, dia itu bla bla bla *curcol bo*”. Hadeeh.

Dan si anak rupanya tak mau kalah juga, dengan laptop Papa yang dicolong dari tas kantornya dia mulai buka pesbuk. Ehh, tapi si anak ini bukannya mau say hello dengan teman-teman pesbuknya, doi lebih milih buka games online via pesbuk. Apalagi kalau bukan games adu domba eh maksudnya adu burung ama babi *lagi-lagi nunjuk-nunjuk Angry Birds pake sikat gigi*. Begitu setiap harinya. Ehmmm … emang hidup makin hiruk pikuk ^^.

Pada jaman sekarang pula (saat anak SD megangnya HP pake tipi, anak SMP suka bikin video mesum (naudzubillah), dan anak-anak SMA yang milih nikah ketimbang UN atawa pilih ijabsah ketimbang ujian sah ^^). Pada saat ini pula (kebanyakan ‘pula’ kayaknya), sms sehari bisa 100 kali (nasib tukang jarkoman  ) sampe-sampe para pemilik provider kartu telepon seluler banting-banting diskon dan kasih bonus sms setinggi langit. Ini contohnya: pakai 2 sms dapat 100 sms gratis, pake 10 sms dapat 1000 sms gratis. Hujubuneee!!! 1000 sms untuk sehari, Coy! Ampe kriting jempol tangan kita kalo ngeladeni semuanya. Belum lagi hape BB china sekarang lengkap dengan internet, langsung deh …. Tancap gas!!! Eh maksudnya tancap pesbukan, twitteran, friendster-an, apps-an, de es be de es be.

Nah … nah … itu berbagai fenomena hiruk pikuknya interaksi sosial via dumay dan HP (sms, telp). Emang super heboh nih jaman, hampir-hampir tidak ada hal yang luput dari pengamatan publik, mulai dari berita politik, berita buah bibir alias gosip artis, sampai berita pribadi pun bisa masuk ke ranah publik. Nah, untuk yang terakhir ini (berita pribadi) yang akhir-akhir ini banyak perdebatan di ranah dumay. Apakah berita pribadi alias hal-hal privasi layak diunggah ke jejaring sosial atau media publik? Lalu, apa batasan antara “hal-hal privasi” dengan “hal-hal publik”? Bagaimana pula etika berjejaring sosial?

Sebelum sampai ke masalah pokok alias inti, kita perlu tahu apa definisi jejaring sosial atau social network. menurut Prof J.A Barnes, Jejaring sosial adalah struktur sosial yang terdiri dari elemen-elemen individual atau organisasi. Jejaring ini menunjukan jalan dimana mereka berhubungan karena kesamaan sosialitas, mulai dari mereka yang dikenal sehari-hari sampai dengan keluarga.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun