Mohon tunggu...
ASRA TILLAH
ASRA TILLAH Mohon Tunggu... Dosen - Saya adalah Koordinator Jaringan Intelektual Muda Muhammadiyah SulSel. dan direktur lembaga riset Profetik Institute

Saya adalah Koordinator Jaringan Intelektual Muda Muhammadiyah SulSel. dan direktur lembaga riset Profetik Institute

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Hobbes, Negara, dan Kegunaannya

5 Desember 2022   00:08 Diperbarui: 5 Desember 2022   00:14 144
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Berkuasa dan berbuat jahat adalah dua hal yang berbeda, dan kira-kira begitulah Hobbes memandang "keinginan untuk berkuasa". Berkuasa adalah sesuatu yang "built in"  pada manusia, bahkan tanpanya manusia takkan bisa bertahan hidup. Oleh Hobbes kekuasaan diartikan sebagai "sarana waktu sekarang untuk memperoleh sesuatu yang tampak baik di waktu mendatang", ada kaitan erat antara kekuasaan dengan kesuksesan atau keberhasilan (felicity).

Tapi "keinginan untuk berkuasa" akan menjadi problem seturut semakin besarnya jumlah kelompok di mana manusia tergabung. "Sukses terus menerus untuk meraih apa saja dari waktu ke waktu....tidak pernah ada ketenangan batin yang langgeng....sebab hidup itu tak lain adalah gerak" , tulis Hobbes. Namun sukses terus menerus berarti menggunakan sumber daya yang ada sebanyak mungkin, namun celakanya sumber daya bukanlah sesuatu yang tidak terbatas, baik dalam hal keberadaan ataupun akses padanya. Bahkan satu-satunya cara menurut Hobbes untuk mempertahankan kekuasaan yang telah dimiliki saat ini adalah dengan memperbesar volumen kepemilikan akan kekuasaan. Hobbes menerangkan"karena ia tidak dapat menjamin akan tetap memiliki kekuasaan beserta sarana hidup dengan baik seperti yang telah dimiliki sekarang, tanpada diperolehnya kekuasaan yang lebih besar".

Situasi gelap ini akan membuat masyarakat menjadi berantakan. Iniliah kondisi hipotetik yang disebut oleh Hobbes sebagai kondisi perang melawan semua ("bellum omnium contra omnes"), Kala situasi ini manusia berperilaku sebagai serigala bagi sesama (" homo homini lupus"). Dan akhirnya manusia menjadi "terkucil, miskin, jahat, kasar dan pendek". Ringkasnya untuk menghindari situasi gelap tersebut, sebagian hak kita diserahkan kepada satu sosok kuat yang oleh Hobbes sebut dengan "leviathan".

Di balik pemikiran politik Hobbes yang nampak gelap, ada beberapa hal dari pemikirannya yang saya pikir bisa ditimbang dalam kehidupan berdemokrasi. Bagi Hobbes, walaupun kekuasaan negara selaku "leviathan" cenderung atau rentan menjadi absolut, namun individu-individu takkan kehilangan kebebasannya, bahkan mereka tak perlu melaksanakan perintah atau aturan yang dirasa bertentangan dengan alasan mengapa negara ada, yakni menjamin kebebasan dan keamanan. Lalu yang kedua, legitimasi eksistensi negara, pemerintah, atau apapun nama yang kita berikan pada "leviathan" ada pada keguanaannya.

Tapi tak bisa dipungkiri, selalu ada perang klaim akan keberhasilan negara (felicity) dalam menjalankan kegunaannya. Birokrasi punya banyak cara mengklaim keberhasilannya, dengan pidato-pidato menteri, melalui angka-angka statistik yang dijejalkan pada kita pada acara-acara konferensi pers, melalui infografis yang nampak menarik secara visual. Tapi apalah daya, para korban kekerasan seksual, orang papah nan miskin, para gelandangan kota, masyarakat adat, petani gurem yang tak pernah berhenti merasa was-was, mereka tidak paham akan statistik, suara protes mereka begitu serak hingga seringkali tak kedengaran saat negara tak begitu berguna bagi mereka.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun