Mohon tunggu...
Asral Kelvin
Asral Kelvin Mohon Tunggu... Penulis - Pekerja garis keras

Pemerhati sosial. Gorontalo. Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Elektabilitas adalah Mahar Paling Tinggi

24 Mei 2022   18:25 Diperbarui: 24 Mei 2022   18:36 105
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Asral Kelvin. Dokpri

(Pengamat Kebijakan Publik)

Elektabilitas mulai sering diperbincangkan oleh warganet walaupun pemilu 2024 akan dilaksanakan pada 2 tahun mendatang yang masih cukup jauh. 

para politisi mulai melakukan kampanye untuk meningkatkan popularitas dan elektabilitas mereka serta mulai menunjukkan wajah mereka ke masyarakat luas baik dengan media massa seperti televisi atau spanduk. 

Menurut Dendy Sugiono pada tahun 2008, elektabilitas adalah tingkat ketertarikan seseorang untuk memilih suatu hal. Elektabilitas ini merupakan kata serapan dari bahasa Inggris "electability" yaitu keterpilihan. 

Dalam konteks politik, elektabilitas dapat diartikan sebagai tingkat ketertarikan masyarakat umum terhadap figur politik, partai, atau lembaga politik. Hal ini juga meliputi kemungkinan masyarakat untuk memilih partai politik tersebut.

 Semakin tinggi nilai elektabilitas yang dimiliki seorang figur politik, maka semakin tinggi pula kemungkinan ia untuk dipilih oleh masyarakat sebagai pejabat dalam pemilihan. 

Selain itu elektabilitas menjadi nilai bagi para elite politik untuk menentukan pasangan ataupun menjadi referensi partai dalam mangusung calon perwakilan partai dalam perhelatan pilkada serentak. 

Jika di korelasikan dari perspektif perhelatan politik, elektabilitas merupakan nilai  personal dari seseorang, semakin tinggi nilai elektabilitas makin seseorang maka semakin tinggi pula tawaran yang menghampiri, hal ini seperti kata pepatah " jangan mengejar kesuksesan tapi buatlah dirimu bernilai, maka kesuksesan akan mengejarmu" 

pepatah ini memberi pesan bahwa salah satu teori darwin ada benarnya yakni orang yang hebat bukanlah dia yang paling kuat tapi orang yang mampu bertahan dengan perubahan. Seiring berjalanya waktu, kontestasi politikpun berubah. Dan yang paling hebat adalah mereka yang adaptatif dengan perubahan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun