Mohon tunggu...
Asep Ahmad Dimyati
Asep Ahmad Dimyati Mohon Tunggu... -

saya penyandang cacat yang ingin maju, dan tak ingin meminta2 biar cacat harus punya tujuan kedepan.\r\nHidup adalah sebuah cerita panjang dan skenario yang sangant dasyat , dan itu semua telah menjadi titik tulis manusia suka atupun tidak, orang bisa kaya, mIskin, pintar, bodo, normal ataupuN cacat. sebagai manusia yang beriman hendaklah bersyukur\r\n\r\nsaya adalah penyandang cacat tubuh dari usia tujuh tahun\r\n

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Anak Cacat (Difabel) Bukan Kutukan tapi Anugrah (Jasamu Tak Bisa Dibayar oleh Luasnya Dunia)

21 Desember 2011   00:26 Diperbarui: 25 Juni 2015   21:58 323
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Perjuangan Sang Ibu Demi anaknya yg Difabel (Penyandang CacaT) Kisah ini diangkat dari kejadian yang nyata tepatnya di kp cipeucang desa gandasoli purwakarta jawa barat. nama tokoh asli sebulumnya saya minta maaf sudah lancang menulis disini kurang lebihnya harap maklum:.......... Dari ratus KK yang ada di desa gandasoli ada satu keluarga pra sejahtera yng berisinya yaitu : Bapak Adang Sutisna (Almarhum), Ibu Ai ikah Robiah Al adawi, anak pertama siti komariah (Almarhum), Anak kedua Asep Ahmad Dimyati (kaum difabel), Anak ketiga Ridwan Malaulana (Almarhum), anak keempat Yusuf Wahyudin ( Dede Yusuf Wahyudin ) (kaum difabel)................................... Asep Ahmad Dimyati anak pertama ini mengalami sebuah kelumpuhan semanjak usianya 7 Tahun, beliau tidak pernah mengalami sekolah SD dari awal karena ibunya sudah tidak kuat untuk menggendong dan ayahnya belum bisa membelikan kursi roda, baru pada usia 10 beliau bisa mengenyan bangku SD dengan Catatan tidak kelas 1 SD dan bahkan langsung ke kls 3 SD, pada tahun 1998 beliau ditinggal oleh yang tercinta untuk menghadap sang Kholik, setelah tamat SLTP beliau pergi berkelana kejakarta dr tahun 2000- 2004, stelah pulang dr jakrta beliau pada tahun 2006 mengembangkan ilmu yang telah didapat sampai sekarang dengan membuka usaha rental komputer. mungkin sudah sebuah suratan sang pencipta nasib adik bungsu beliau pun mengalami difebilitas atau kecacatan yang sama pada usai 12 bulan, semenjak mengetahi hal itu beliau tidak putus asa dan tetap berjuang dan berwasiat agar adiknya kelak mendapatka pendidikan setinggi-tinggnya..... hari- hari yang dilalui oleh Ibu beliau sangatlah berat dengan mengurus anak-anak yg mengalami difebelitas atau kecacatan itu membutuhkan tenaga ektra dan waktu yg ektra setiap hari rutinatas beliau bangun jam 3 terkadang jam 2 mlm disaat orang lain masih tidur, karena beliau mesti menyiapakan sang kakak untuk bekerja dari pakian sampai sarapan, dan sang adik untuk berangkat sekolah untuk sekolah SD jaraknya tidak begitu jauh sekitar 300 dan sewaktu sang kakak pulang dr jakarta beliau membawa kursi roda untuk sang adiknya jam enam berangkat sekolah 6 tahun sedah belaiu lewati untuk menyekolakan sibungsung dengan selalu tersenyum tanpan keluh kesah, setelah SD yusufpun melajutkan sekolahnya di SLTP walau jaraknya tak begitu jauh namun kultur tanah yang turun naek dan jalan tidak bgs membaut sang bunda berfikir untuk berangakat lebih awal yaitu jam 5, 3 tahun sedah beliau jalani dan yusufpun sudah tamat SLTP, dengan motivasi kakak dan ibu serta dia yang ingin melanjutkan kejenjang lebih tinggi iyaitu SLTA, dikarenakan SLTA jaraknya cukup jauh dan harus naik mobil kebetuk pada tahun 2006 SMKN 1Plered pindah kekampung Rawa Belut yang jaraknya kurang lebih 1 kilo meter namun bisa ditempuh oleh roda yang didorang oleh beliau (sang Bunda), 2009 yusuf keluar dr SLTP 2 Drangdan dan masuk diSMKN 1 Plered, sebelum yusuf bisa masuk bundan dan yususf mendapatkan sebuah aturan dr sekolah ditidak bisa menrima anak cacat disekolahnya apa lagi jurusan KJ (komputer Jaringan) dengan usaha  kakaknya dan perjuangan ibunya sekarang yusuf sudah kls 3 jurusan Akuntanasi, jalanan yang terjaln dan berbatu dantidak adanya fasilitas jalan untukkursi roda dengan perjuangan sang ibu dan dedikasinya yg besar terhadap pendidikan membuat beliau tetap tersyum, walau trik matahari guyuran hujan dan lain2 bahkan saking jalannya berkerikir yusuf pun sering jutuh berdarah- darah namun tidak memutuskan semangat untuk menimba ilmu...

jalanan yang terjal, becek dan lain2 tidak mematahkan semangat bunda Ai mendorong anaknya untuk menlanjutkan pendidikannya di SMKN 1 PLERED WALAU TAK ADA PERHATIAN TETAP BERJUANG

pesan untuk bunda tersayang : Mah.......... aa dan dede tidak bisa berkata-kata yang lain tanpa dukungan Mamah kita bukan apa?........... bunda kami belum bisa membahgiakan secara finansial ?... hanya doa dan harapan semoag mamah dipanjangkan umur dalam taqwa dan ber iman S E L A M A T  H A R I  I BU S D U N I A............. I MISS YOU I NEED YOU I LOVE YOU TERTANDA AA & DEDE

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun