Mohon tunggu...
Aspar
Aspar Mohon Tunggu... Guru - Guru

Hobi bidang olahraga dan pendidikan

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Koneksi antar Materi Modul 1.3 Paradigma dan Visi Guru Penggerak

9 Oktober 2022   22:04 Diperbarui: 9 Oktober 2022   22:11 688
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Pemerintah melalui Program Guru Penggerak berharap menciptakan pembelajaran yang berpusat pada murid dan menggerakkan ekosistem pendidikan yang lebih baik. Ini didasari oleh filosofi Pendidikan Ki Hajar Dewantara. Modul 1.1 Program Guru Penggerak memberikan gambaran bagaimana Ki Hajar Dewantara meletakkan dasar-dasar Pendidikan Indonesia yang harusnya berpihak pada murid. Ki Hajar Dewantara menjelaskan, Pendidikan haruslah sesuai dengan kodrat murid. Pendidikan harus memperhatikan kodrat alam dan kodrat zaman anak didik. Ki Hajar Dewantara. Ki Hajar Dewantara mengatakan bahwa pendidikan bertujuan untuk menuntun segala kodrat yang ada pada anak-anak, baik kodrat alam maupun kodrat zaman agar mereka dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya baik sebagai manusia maupun sebagai anggota masyarakat.

Pendidikan menurut Ki Hajar Dewatara merupakan tuntunan dalam hidup tumbuhnya anak-anak, yang dalam pelaksanaannya menggunakan filosofi among yaitu Ing Ngarsa Sung Tuladha (di depan memberi tauladan), Ing Madya Mangun Karsa (di tengah memberi motivasi dan membangun semangat). Serta Tut Wuri Handayani (di belakang memberi dorongan). Filosofi ini menekankan pada guru sebagai pendidik bahwa Pendidikan berbeda dengan pengajaran. Pengajaran merupakan salah satu cara untuk mendidik sedangkan Pendidikan memiliki makna lebih luas dari itu. Mendidik adalah memberikan tuntunan pada murid untuk mencapai kebahagian yang setinggi-tingginya. Murid adalah manusia merdeka adalah mereka yang tidak terperintah, mereka dapat menegakkan dirinya, tertib mengatur peri kehidupannya sekaligus mengatur perhubungan mereka dengan kemerdekaan orang lain.

Modul 1.2 memberi gambaran mengenai Nilai dan Peran Guru Penggerak. Pada modul ini juga dijelaskan tentang profil pelajar Pancasila. Adapun profil pelajar Pancasila antara lain: (1) Beriman, bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, dan berakhlak mulia; (2) Mandiri; (3) Gotong royong; (4) Berkebhinekaan global; (5) Bernalar kritis; dan (6) Kreatif. Profil pelajar pancasila ini didasari pada falsafah pancasila. Profil pelajar Pancasila ini tidak harus dijabarkan dalam mata pelajaran khusus, namun harus diajarkan secara eksplisit, juga terintegrasi dalam muatan pembelajaran. Dalam usaha mewujudkan profil pelajar Pancasila inilah perlu peran guru sebagai pendidik sangat menentukan. Guru berperan menuntun murid menumbuhkan profil-profil yang dijabarkan dalam setiap pembelajaran yang dilakukan.

Pendidik sebagai guru penggerak di sekolah haruslah memiliki nilai-nilai mandiri, reflektif, kolaboratif, inovatif, dan berpusat pada murid. Nilai-nilai ini mendasari peran guru penggerak di sekolah. Adapun peran tersebut antara lain menjadi pemimpin pembelajaran, menjadi coach bagi guru lain, mendorong kolaborasi, mewujudkan kepemimpinan murid, serta menggerakkan komunitas praktisi. Harapannya melalui nilai dan peran yang dijalankannya, guru penggerak dapat menumbuhkan profil pelajar Pancasila di sekolah. Peran ini hanya dapat ditumbuhkan melalui teladan yang dijalankan oleh guru.

 Modul 1.3, memberikan gambaran mengenai paradigma dan visi guru penggerak. Visi adalah suatu rangkaian kata yang di dalamnya terdapat impian, cita-cita atau nilai inti dari suatu lembaga/ organisasi. Menurut Bandura, visi adalah representasi kognitif mengenai gambaran masa depan. Visi dapat dikatakan tujuan masa depan suatu organisasi/ lembaga, ia berisi pikiran-pikiran yang terdapat di dalam benak para pendiri. Tujuan visi adalah untuk mencapai perubahan yang lebih baik dari kondisi sebelumnya. Visi bisa dimulai dengan memahami dan mendorong perubahan budaya sekolah. Budaya sekolah berarti merujuk pada kebiasaan-kebiasaan yang selama ini dilakukan di sekolah. Kebiasaan ini dapat berupa sikap, perbuatan, dan segala bentuk kegiatan yang dilakukan warga sekolah. Untuk dapat mewujudkan visi sekolah impian dan melakukan proses perubahan, maka perlu sebuah pendekatan atau paradigma, Pendekatan ini dipakai sebagai alat untuk mencapai tujuan yang disebut Inkuiri Apresiatif (IA). IA dikenal sebagai pendekatan manajemen perubahan yang kolaboratif dan berbasis kekuatan. Konsep IA pertama kali dikembangkan oleh David Cooperrider (Noble & McGrath, 2016).

Pendekatan IA berusaha fokus pada kekuatan yang dimiliki setiap anggota dan menyatukannya. IA menggunakan prinsip-prinsip utama psikologi positif dan pendidikan positif. Pendekatan IA percaya bahwa setiap orang memiliki inti positif yang dapat memberikan kontribusi pada keberhasilan. Inti positif ini merupakan potensi dan aset organisasi. IA dimulai dengan menggali hal-hal positif, keberhasilan yang telah dicapai dan kekuatan yang dimiliki organisasi, sebelum organisasi menapak pada tahap selanjutnya dalam melakukan perencanaan perubahan.

Keterkaitan antara pemikiran filosofi pendidikan Ki Hajar Dewantara pada modul 1.1 dengan nilai dan peran guru penggerak pada modul 1.2 serta paradigma dan visi guru penggerak pada modul 1.3. terletak pada tujuannya harus berpihak murid. Filosofi Pendidikan Ki Hajar Dewantara menitik beratkan pada kodrat anak. Nilai dan peran guru penggerak menitikberatkan pada murid sebagai manusia merdeka. Sedangkan visi guru penggerak haruslah mewujudkan profil pelajar Pancasila. Melalui nilai guru penggerak, guru diharapkan dapat menyusun visi perubahan. Visi ini nantinya dikembangkan sehingga menjadi sebuah prakarsa perubahan. Visi yang dirancang melalui pendekatan Inkuiri Apresiatif (IA) haruslah berpihak pada murid dengan prinsip merdeka belajar. Visi ini bertujuan untuk mewujudkan profil pelajar Pancasila (beriman, bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, dan berakhlak mulia, berkebinekaan global, bergotong royong, ,mandiri, bernalar kritis, dan kreatif).

Untuk mewujudkan prakarsa perubahan yang telah dicanangkan, guru dapat menerapkan pendekatan Inkuiri Apresiatif (IA) dengan model manajemen BAGJA. Adapun tahapan manajemen BAGJA adalah Buat Pertanyaan, Ambil Pelajaran, Gali Mimpi, Jabarkan Rencana, dan Atur Eksekusi. Melalui tahapan BAGJA ini diharapkan prakarsa perubahan yang telah dicanangkan oleh guru penggerak dapat diwujudkan untuk mencapai visi perubahan di sekolah.

Demikian pemaparan koneksi antar materi 1.3. Semoga kita semua dapat menjadi pendidik yang terus melakukan perbaikan dan perubahan pada diri. Guru sebagai pendidik diharapkan dapat menggali potensi diri untuk menguatkan nilai dan peran sebagai pendidik demi mewujudkan tujuan sekolah yang berpihak pada murid.  Tujuan sekolah haruslah sesuai dengan kodrat murid dan sesuai dengan prinsip merdeka belajar sehingga mampu menumbuhkan Profil Pelajar Pancasila.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun