Mohon tunggu...
Sony Waluyo
Sony Waluyo Mohon Tunggu... -

translator

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Kebahagiaan Sejati dalam Proses Berkesinambungan

9 Agustus 2012   00:35 Diperbarui: 25 Juni 2015   02:04 197
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
13444724931176862938

Sony H. Waluyo, 8 Agustus 2012 Dalam kehidupan ini sesungguhnya semua ada disini untuk merayakan cinta. Masing-masing orang akan mendapat porsinya untuk dinikmati, yakni ketika cinta itu disajikan dalam rupa kepedulian kepada sesama. Dengan cara itu kue cinta di alam semesta itu diracik oleh setiap insan yang bergandengan tangan dan mengulurkan tangannya kepada yang membutuhkannya dan tak ada satupun yang akan terlewatkan. Jika berbagi disebut sebagai pengorbanan, maka sesungguhnya pengorbanan hanya dirasakan oleh mereka yang berbagi dengan rasa terpaksa. Saat seseorang memberi dan melayani dengan ketulusan dan mampu merasakan bahagia saat memberikan kepedulian, maka tidak ada lagi pengorbanan dan rasa "dikorbankan". Ilustrasi yang paling mudah untuk menggambarkannya adalah saat seseorang mencintai hobinya, maka segala kesulitan dari hobinya itu hanyalah dipandang sebagai tantangan yang memicu adrenalinnya untuk dinikmati. Oleh karena itu, seseorang akan "memiliki" sekeping cinta bukan karena ia menerimanya, melainkan karena ia telah "menyajikannya" sehingga ia bisa menyaksikan adanya kepingan-kepingan cinta itu saat melepaskannya dan menyerahkannya kepada sesama; dan saat sesama tersenyum menerimanya, hatinyapun bahagia dan itulah kebahagiaan sejati. Di balik semua itu, masalah utama kemanusiaan sebenarnya timbul dari cara pandang yang memisahkan segala sesuatunya dengan “penilaian baik-buruk” atau yang biasa disebut “dualitas”. Dualitas timbul saat orang melakukan penilaian baik-buruk atas sesuatu hal pada “suatu titik kejadian”. Namun saat seseorang  mampu melihat bahwa segala sesuatunya di dunia ini “mengalami proses" bukan hanya "satu titik" untuk dinilai, ibaratnya orang mulai melihat bahwa untuk mendapatkan hasil buah yang baik orang akan memerlukan berlangsungnya proses tersedianya buah itu yang melibatkan "benih – tunas yang tumbuh – kuncup daun – daun gugur – pohon – berbunga – berbuah" adalah satu kesatuan proses. Demikian pula, jika dalam proses itu ada daun kering yang gugur, maka demikian juga kesalahan dan kegagalan dalam  perjuangan dan ketekunan berusaha bukan lagi penderitaan melainkan bagian dari upaya-upaya untuk dapat tersedianya buah-buah hasil perjuangan yang membahagiakan secara keseluruhan. Secara keseluruhan, alam semesta mengalami proses untuk tumbuh menghadirkan pengalaman-pengalaman yang membahagiakan dimana satu sama lain saling melengkapi sehingga semua merasakan kebahagiaan sejati melalui saling asih-asah-asuh dalam proses berkesinambungan. -- [http://www.facebook.com/photo.php?fbid=4426880593107&set=a.4426876633008.2177897.1321815697&type=3] -- love&light ... (((♥))) ... ** ** **

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun