Mohon tunggu...
Asnita Silawati
Asnita Silawati Mohon Tunggu... Guru - Mengajar Teknik Konstruksi

Wife, Mom of three

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Aksi Menumbalkan Teman

18 November 2024   14:52 Diperbarui: 18 November 2024   14:57 53
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Beberapa siswa bergerombol berdiri di depan pintu ruang guru. Masing-masing saling tunjuk dan saling dorong menumbalkan temannya untuk mengetuk pintu ruang guru dan mengucapkan salam. Setelah dipersilakan masuk, adegan menumbalkan ini kembali terjadi. Pada akhirnya siswa yang mengetuk pintu tadi lah yang berbicara menyampaikan maksud kedatangan mereka kepada salah seorang guru.

Aksi menumbalkan teman seperti kejadian tersebut sering kali kita temui di sekolah, bahkan di ruang kelas ketika proses pembelajaran berlangsung. Siswa tidak berani melakukan sesuatu atau mengungkapkan pendapat karena merasa malu. Selain itu adanya rasa takut dan khawatir terhadap respon orang lain seperti ditertawakan maupun dianggap tidak bermutu. Penyebab lain yang dapat terjadi yaitu mereka tidak bisa menyusun kalimat dengan baik pada saat menyampaikan sesuatu. Ide atau gagasan sudah muncul di kepala tetapi sulit untuk diungkapkan. Hal ini mengakibatkan mereka memilih diam atau bahkan menumbalkan siswa lain untuk mengambil alih perannya.

Ketika menjalankan tugasnya, guru tidak sekedar menyampaikan materi pelajaran saja. Guru juga melatih soft skill sebagai bekal keterampilan yang akan digunakan dalam kehidupan sehari-hari terlebih ketika mereka lulus dari sekolah. Salah satu soft skill yang perlu ditumbuhkan yaitu sikap berani dalam hal yang positif pada siswa. Sikap berani ini meliputi rasa percaya diri, keberanian mengambil risiko, berpikir kritis, keberanian mengungkapkan pendapat, maupun berani bertindak positif sesuai dengan nilai-nilai dan norma yang baik.

Beberapa upaya dapat dilakukan untuk menumbuhkan sikap keberanian positif pada siswa. Saat mengawali pembelajaran, guru melakukan presensi dengan memanggil nama lengkap siswa. Siswa yang dipanggil namanya diminta berdiri untuk memunculkan rasa percaya diri. Guru sekaligus memeriksa kerapian dan kesiapan siswa dalam mengikuti pembelajaran. Cara ini dilakukan agar siswa berani menunjukkan identitas dirinya dan menimbulkan kesan bahwa guru memberikan perhatian penuh kepada semua siswa.

Dalam proses pembelajaran, guru sebaiknya menciptakan suasana belajar yang aman dan mendukung terciptanya keberanian positif dengan melibatkan siswa secara aktif. Guru melakukan dukungan dan memberikan pujian terhadap setiap kemajuan siswa. Siswa juga diberikan hak untuk berpendapat dan bertanya sehingga mereka merasa didengar dan diakui keberadaannya. Sikap berani berpendapat tentu harus diimbangi dengan dukungan dari siswa yang lain. Mereka perlu diberi pemahaman tentang kesadaran untuk menghargai pendapat. Tumbuhnya sikap menghargai ini bisa meningkatkan rasa percaya diri yang menjadi dasar bahwa mereka merasa mampu dan tidak takut gagal.

Sikap berani dalam hal positif juga mencakup kemampuan mengambil risiko. Contoh kegiatan dalam menumbuhkan sikap ini yaitu melakukan presentasi pada proses pembelajaran. Presentasi bisa dipraktikkan berkelompok yang mengajarkan cara mempertimbangkan beberapa pendapat sebelum membuat keputusan. Di samping untuk mengukur pemahaman siswa terhadap materi, presentasi juga digunakan sebagai ajang berlatih tampil di depan umum. Penyaji belajar mengelola situasi tentang cara berkomunikasi, belajar menyampaikan pesan agar mudah dipahami, belajar menggunakan bahasa tubuh yang baik, dan belajar bagaimana cara menarik perhatian audiens.

Pada saat presentasi, perhatian guru tidak hanya berfokus kepada penyaji materi saja tetapi juga kepada audiens. Audiens perlu mempunyai kemampuan mendengarkan yang baik. Selain itu audiens juga harus menciptakan suasana yang mendukung penyaji dalam melakukan presentasi seperti memperhatikan materi, menghargai penyaji, tidak memotong pembicaraan, dan memberikan tanggapan bila diperlukan. Presentasi dilakukan bergantian satu sama lain sehingga semua siswa dapat merasakan peran sebagai penyaji maupun sebagai audiens.

Proses penilaian pada pembelajaran juga dapat dimanfaatkan guru sebagai momen meminimalisir aksi menumbalkan teman. Tes lisan secara individu menuntut siswa harus berhadapan seorang diri dengan guru. Tentu perlu disiapkan keberanian dan penguasaan materi untuk melakukan penilaian. Banyak siswa yang takut melakukan tes lisan karena khawatir jika gagal. Pada situasi ini, guru membantu memberikan pemahaman bahwa ketakutan adalah hal yang wajar. Ketakutan harus dihadapi, bukan untuk dihindari. Ketika mereka berani menghadapi ketakutan, maka mereka tidak akan lagi berlindung di balik teman yang ditumbalkan.

Kemampuan yang diasah terus-menerus akan membentuk suatu kebiasaan. Maka perlu pengasahan kemampuan untuk menumbuhkan sikap keberanian positif pada diri siswa. Terbangunnya rasa percaya diri, mengembangkan kemampuan berkomunikasi, kemampuan menghadapi rasa takut, dan menciptakan suasana yang mendukung dapat diterapkan oleh guru dalam membantu siswa menjadi individu yang berani. Dengan bekal ini mereka justru berani menumbalkan dirinya sendiri dalam menaklukkan tantangan untuk meraih kesuksesan di sekolah maupun setelah lulus nanti.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun