Hanya seikat kembang untukmu aku hantar di pusara sebagai bakti padamu. Kemarin kau ajarkan aku memaknai hidup dengan liku, mengajarkan hormat menghormati di ujung penghabisan waktumuÂ
Menatap nisan dirimu, tulisan itu jelas aku baca, merangkai sebait kata dan sebuah makna tersirat dari perjuangan. Hari ini mestinya dilalui penuh senyuman tapi kalimat mana lagi yang dapat mengajarkan aku menghargai!
Guru, pelita hidup. Menulis namamu di beranda kalbu, yang aku sebut engkau dalam tiap doa sebagai terima kasih atas perjuanganmu menyelamatkan aku dari lembah kebodohanÂ
Guru, kau telah ajarkan kepadaku membaca kalimat, AIUEO hingga dapat kulafal sebuah intonasi yang aku sisipkan dalam harapankuÂ
Guru, kaulah pelita penerang kegelapan, kau adalah pejuang tanpa nama, tanpa kenal lelah, tak kenal pamrih. Kau habiskan separuh waktu dari totalitas hidupmu demi aku yang haus akan ilmu.
Â
Ruang kosong, 15042921
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H