Sahabat....
Aku melihat dia mematung tak berdaya menyaksikan ganasnya badai seroja. Dia tetap berdiri tegap walau semua berlarian menyelamatkan diri. Dia pasrah pada keadaan tak mungkin berlari dari kehendak-Nya
Ini elegi, Badai seroja. Kita pernah bercerita tentang cinta yang memenjarakan hati, ada luka, kecewa, putus asa akan adakah secercah cahaya membawa bahagia karena semua terhapus badai serojaÂ
Ini misteri badai seroja, tahukah engkau, lelaki malang yang meringkuk tak berdaya, dia tetap diterjang badai. Karena kita tak pernah tahu kapan hidup akan berakhir dan kapan kita akan belajar menghargai hidup kalau tidak begini
Badai seroja telah meratakan, banjir bandang pun telah menyapunya yang tertinggal hanya tanah merah tanpa penghuni.Â
Jeritan kecil memilukan, sang ibu mencari anaknya. Tangis sang bapak pun meluluh lantahkan ketegaran dalam ujian kehidupan tak tersisa satupun kekasih hati dan jiwanya.Â
Akankah ini satu teguran atas derita berkepanjangan di tanah mu. Meluapkan amarah atas ketidakadilan  sang penguasa yang hanya memperkaya diri tanpa melihat derita merekaÂ
Alam telah memberi tanda namun manusia telat membacanya, alam telah berteriak namun manusia telah tuli dengan lara kehidupan. Alam pun telah mengguncangkan  namun manusia terlena dalam mimpi malam.Â
Semua atas kehendak-Nya karena dosa dosa yang telah melumuri tubuh kita. Teguran demi teguran menyapa dalam kepedihan . Bangkitlah dari lara, tanah merah  membutuhkan dirimu.Â
### Turut berduka atas kedukaan yang di alami NTT, semoga sahabat sahabat, saudaraku di sana mampu melewati ujian kehidupan ini.Â
Palembang, 06042021