Mohon tunggu...
asni asueb
asni asueb Mohon Tunggu... Penjahit - Mencoba kembali di dunia menulis

menyukai dunia menulis

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Lokwdown Saja Didemo

11 Januari 2021   20:12 Diperbarui: 11 Januari 2021   20:39 141
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Perasaan semakin lama semakin runyam, jujur saja semua berita apa saja  saya tidak pernah menonton atau mendengarkan secara serius, cuma hanya lewat sembari membersihkan rumah.

Entahlah sejak kejadian belasan tahun  lalu, aku tak ingin mendengarkan atau menyimak. Berita berita di media. 

Banyak orang menikmati berita berita di media baik dari politik, kriminal, selebriti, perselingkuhan dan sebagainya.

Mungkin semasa  kecil hingga kuliah menikmati berita berita, bahkan sengaja mencari berita yang sering diperbincangkan, tetapi sejak berkeluarga ada trauma tersendiri dengan berita berita di media.

Apa lagi di saat seperti ini, perkembangan tentang covit terus meraja lelah. Untuk Palembang saja  sebanyak 31 kasus yang berdasarkan data dari Dinas Kesehatan pertanggal 9 januari.

Total warga Palembang yang terkonfirmasi positif Covid menjadi 5.804 orang. Meninggal dunia 280 orang, yang sembuh  4.529 orang. 

Saat pertama kali diperlakukan lokwdown selama 14 hari banyak pekerja  dan keluarga yang tidak setuju karena aktifitas mereka keluar dari kompleks terbatas dan menyusahkan.

Ribet ribet sedikit ngga apalah ya, kalau saya karena terbiasa di rumah dan jarang keluar area komplek.

Namun saya hanya ingin membahas sebatas rumah dinas dimana saya tinggal.  Jauh sebelum orang melakukan lokwdown  , kita yang tinggal di perumahan dinas sudah melakukannya. 

Bahkan super lebih parah dari di luar. Kita tidak diizinkan keluar dari kompleks, belanja pun kita secara onleni, atau belanja di swalayan yang ada di dalam kompleks.

Dengan harga yang cukup mahal kalau kita pergi ke pasar sendiri. Alhasil kita lebih memanfaatkan penjual sayur yang berjualan keliling di kompleks dengan perjanjian kita ambil sendiri di pintu masuk kompleks yang di batasi pagar tinggi. 

Begitu pula saat memesan makanan. Terbayang nggak kalau kita tidak punya aplikasi untuk memesan ini dan itu?

Padahal dulu gejala gejala yang ditimbulkan oleh yang terpapar Covid  seperti, nyerih tenggorokan, batuk, pilek, meriang  yang dulu di anggap penyakit biasa, sebentar juga sembuh, tapi sekarang gejala itu katanya dapat mematikan dan terbukti. 

Berapa kali kita di kompleks  perumahan dinas melakukan lokwdown , tapi pekerja dan keluarga masih banyak yang terpapar Covid.  

Ada yang di rawat di rumah sakit, karentina sendiri atau di karentina di hotel Lahendong Sungai Gerong. Hingga  akhirnya  di beri kebijakan oleh perusahaan untuk 

* Pekerja yang bertempat tinggal di luar kompleks diberi ultimatum untuk masuk ke dalam kompleks. 

* Pekerja yang kontrak tidak di izinkan masuk untuk bekerja kecuali bila ada panggilan kerja 

*Tidak diizinkan cuti keluar dari kota Palembang

 *Tidak ada lagi  makan di tempat . 

* Semua fasilitas untuk duduk santai di taman, lokasi makanan ditiadakan 

* Untuk  masuk pun banyak pemeriksaan sehingga sebagian orang enggan untuk masuk ke komplek sekedar bertamu.

* Fasilitas kolam renang , olah raga pun di tutup. 

* Untuk keluarga yang ingin berobat, di sarankan hanya  melalui wa dengan dokter dokter yang telah di tunjuk untuk menjadi dokter keluarga.

Kita bagai terpenjara baru berjalan dua minggu, Kebijakan untuk  tidak keluar kompleks di demo oleh ibu ibu karena mereka merasa aktifitas mereka menjadi terbatas.

Bahkan ada yang mengambil keputusan lebih baik ngontrak di luar dari pada di kompleks bebas tapi terpenjara.

Saya melihat berdasarkan naluri seorang ibu bukan berdasar perkembangan secara keseluruhan yang sebenarnya semakin didengar semakin merasa takut.

Paling penting sebelum lokwdown berlaku lagi, sebaiknya menyediakan 

*bahan makanan kering yang mampu di simpan lama, 

* Vitamin vitamin 

* Cuci tangan sesering mungkin 

* Istirahat yang cukup

* Menggunakan masker bila keluar rumah. 

Berulang kali kita lakukan lokwdown  yang bertujuan menutup ruang Covid untuk menyebar dan berulang kali juga sebagian beranggapan bahwa semua  ini memutuskan aktifitas mereka di luar rumah.

Bagi yang terbiasa diam di rumah hal itu bukan dijadikan masalah  dan mereka sudah terbiasa berada di rumah.

Untuk menghilangkan kejenuhan kita bisa mengerjakan berbagai pekerjaan 

* Mencoba resep resep makanan yang baru, bisa mencoba resep yang ada di kompasiana 

* Bercocok tanam, dari sayur hingga bumbu dapur

* Memelihara kembang yang tak terurus menjadi diurus lagi, yang gersang jadi rame dengan kembang. 


Dokpribadi
Dokpribadi
Semua tergantung  bagaimana kita bisa mengisi kegiatan yang bermanfaat dirumah. Seperti anak anak di rumah ,membuat kursi kursi dari papan valet, walau bisa di kata kurang rapi tapi cukuplah untuk sebagai pemula.

Selalu berpikiran positif, karena lokwdown  kita bisa berkumpul dengan anak anak, lebih banyak waktu untuk bersama. Nikmati jangan dijadikan masalah yang berat.

Palembang,110121

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun