Mohon tunggu...
asni asueb
asni asueb Mohon Tunggu... Penjahit - Mencoba kembali di dunia menulis

menyukai dunia menulis

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Kenangan Itu Tetap Ada dan Menjelma

28 Desember 2020   06:29 Diperbarui: 28 Desember 2020   07:08 139
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Pixabay.com

Bagaimana aku bisa menghapus semua kenangan yang pernah kita lalui walau aku pernah bilang  setengah memori telah hilang dari otakku.

Mungkin karena kehidupan terlalu menghempas pada ribuan permasalahan, mungkin sudah menusuk-nusuk otak dengan duri duri  kejamnya dunia.

Menutupi ingatan tentang memori kita, tentang kecepatan tanganmu memeluk jika bersedih dan menyegerakan mengecup kening agar segera hatiku tenang.

Mengulurkan tanganmu bila  terjatuh, membiarkan dada mu penuh dengan air mata jika  tak mampu melepas keresahan di hati. Kau akan memeluk hingga  terlelap di pundakmu 

Kau akan membiarkan tanganmu menjadi bantal dalam lelap hingga tanganmu memerah dan sakit. Bagaimana bisa melupakan memori di otakku. Tak akan pernah lupa 

Hanya pura pura lupa, agar  tak begitu merasa sakit jika kau tak menyapa, agar mampu berdiri di atas kakiku karena kutahu, kau tak akan bisa lagi memeluk hingga terlelap.

Bahkan kau tak bisa lagi menghapus air mata dengan jemari mu. Aku hanya masa lalu mu yang tetap bersemayam dalam kalbu mu bahkan kau tak mampu untuk berbuat apa apa 

Hanya pura pura lupa, agar kau bisa terlepas dari diriku, dan membenciku tapi aku salah, lupa membuat hatimu lebih dekat denganku, bahkan kau tak ingin pergi menjauh 

Hati kita tak ingin menjauh walau raga kita tak dapat disatukan. Kau bilang tak perlu dipertanyakan cinta karena tinggal kenangan.

Tapi kita berada dalam lingkaran kenangan yang membawa kita pada cerita baru. Bahkan kita meniti perjalanan itu walau kita tahu jalan itu lebih banyak durinya.

Katamu setidaknya kau masih ada walau tiba tiba datang dan tiba tiba menghilang. Kau bilang menatap sedihku duka bagimu, menatap senyumku bahagia bagimu walau kau tak bisa mencium keningku.

Katamu biarkan Allah menuntun dan menjelma dengan cara Allah. Bukankah Allah lebih tahu kita..

Ruang kosong, 281220

Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun