Berapa purnama aku lewati, bahkan bintang tak mampu menghitungnya. Aku masih setia menantimu.
Tapi sayang...
Hatiku terluka, jiwaku meronta bahkan ragaku pergi entah kemana. Aku terbangun dari tidur panjang dan jemariku terasa hangat.
Mimpi! atau ilusi diri. Bau tubuh ini masih melekat, tangan yang kekar, hembusan nafas, benarkah dia. Perlahan mataku terbuka
Kau hadir, mencium punggung tanganku, terdengar lirih, satu pengharapan yang kau sebut serta kalimat cinta.Â
Kau terlambat, penantian ku telah usai bersama nafasku, purnama telah menjemput bintang bintang penunjuk jalanku.
Palembang, 061220
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H